Ahli Ekonomi UGM Bicara Soal Tiket Pesawat Mahal

Sedang Trending 11 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Dwi Ardianta Kurniawan, mahir ekonomi transportasi dan peneliti senior di Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, menyatakan bahwa tiket domestik di Indonesia condong lebih mahal dibandingkan tiket ke luar negeri. Hal ini disebabkan oleh beberapa aspek seperti persaingan nan lebih ketat di pasar internasional, serta kesiapan armada nan belum pulih pasca Covid-19 sementara permintaan konsumen sudah kembali normal.

Harga tiket pesawat di Indonesia menjadi perhatian masyarakat lantaran dianggap mahal. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarinves) Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyoroti masalah ini. Indonesia menempati ranking kedua dalam perihal nilai tiket pesawat termahal di dunia, setelah Brasil. Di ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan nilai tiket pesawat rata-rata tertinggi.

Meskipun nilai tiket diatur oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dengan tarif pemisah atas dan bawah serta biaya lainnya, terkadang patokan ini dilepaskan ke pasar, terutama saat permintaan tinggi seperti libur panjang.

Tarif tiket juga berjuntai pada jenis jasa nan disediakan, di mana jasa penuh seperti Garuda Indonesia dan Batik Air lebih mahal dibandingkan maskapai biaya rendah seperti Lion Air dan Citilink.

Iklan

Dwi Ardianta mengusulkan kebijakan insentif fiskal untuk mengatasi tingginya nilai tiket pesawat di Indonesia. Insentif tersebut dapat berupa pengurangan biaya avtur, suku cadang pesawat, serta subsidi biaya pelayanan bandara. Selain itu, dia juga mengusulkan penghapusan pajak tiket pesawat untuk menyetarakan dengan moda transportasi lainnya.

Ia juga menekankan pentingnya penerapan sistem multi provider untuk suplai avtur guna mencegah monopoli dan menciptakan nilai avtur nan lebih kompetitif. Menurutnya, komponen biaya perawatan airport bukanlah penyebab utama tiket pesawat mahal, melainkan lebih dipengaruhi oleh nilai avtur, nilai tukar rupiah, dan kesiapan jasa pada rute tertentu.

Pilihan Editor: Tiket Pesawat Dimestik Mahal Tapi Maskapai Mengaku Merugi, Kenapa?

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis