TEMPO.CO, Batam - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menangapi persoalan tetap banyaknya masyarakat original Melayu Pulau Rempang nan menolak untuk direlokasi akibat Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Airlangga terlihat memaklumi penolakan itu, dia bakal terus melakukan upaya agar investasi PSN Rempang Eco City terealisasi.
"Ya, semua tentu dilakukan secara bertahap," kata Airlangga saat ditanya mengenai tetap banyaknya penduduk Rempang menolak PSN Rempang Eco City, dalam konvensi pers perkembangan PSN Rempang Eco-city, di BP Batam, Jumat 12 Juli 2024.
Di kesempatan nan sama Airlangga juga meminta Forkopinda untuk selalu berkoordinasi agar PSN Rempang bisa terealisasi. "Agar realisasi dari PSN ini bisa diselenggarakan. Dan tentunya dari Kementerian terkait, apakah itu PUPR, apakah itu Kementerian LHK, untuk menyelesaikan hal-hal nan diperlukan, terutama untuk kesiapan lahan,” ungkap Airlangga.
Rencana investasi di Kawasan Rempang sendiri diperkirakan bakal mencapai Rp381 triliun dengan sasaran penyerapan tenaga kerja langsung sejumlah 308.000 orang hingga tahun 2080. Saat ini menurut siaran pers BP Batam total penduduk Rempang nan setuju relokasi dan sudah meninggalkan kampung mereka adalah 138 KK, sedangkan penduduk nan terdampak PSN Rempang untuk tahap pertama 961 KK, total keseluruhan terdapag 7000 lebih penduduk terdampak.
Saat mendengarkan info tersebut Airlangga tidak memberikan komentar panjang, dia hanya menegaskan semuanya dikejarkan bertahap. "Semua dilakukan bertahap, ada tahapan nan diselesaikan tahun ini, ada tahun depan," kata Airlangga.
Iklan
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau Boy Even Sembiring meminta pemerintah terbuka dalam segala perihal soal PSN Rempang. "Pemerintah kami minta terbuka sebenarnya ini MoU nya apa saja dengan Xinyi" kata Boy saat dihubungi, Jumat, 12 Juli 2024. Tidak hanya itu, Boy meminta pemerintah juga terbuka soal rencana pembanguna PSN ini.
Saat ini masyarakat Rempang terus melakukan tindakan tolak relokasi. Mereka menegaskan tidak bakal bergeser sejengkalpun dari kampung laman mereka. "Satu kata dari kami, tolak relokasi," ujar Miswadi salah seorang penduduk baru-baru ini dalam obrolan Universitas Gajah Mada (UGM). Bagi penduduk kampung tua di Rempang adalah sejarah budaya dan leluhur mereka. Sehingga mereka tak mau diganti rugi maupun untung.
YOGI EKA SAHPUTRA