TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing nan masuk ke instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) telah mencapai Rp 775,45 triliun. Nilai tersebut terhitung sejak publikasi perdana pada September 2023 hingga 15 Juli 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sekuritas kurs asing Bank Indonesia (SVBI) dan sukuk kurs asing Bank Indonesia (SUVBI) masing-masing tercatat sebesar US$ 1,82 miliar dan US$ 267 juta. “Penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri,” ujarnya saat mengumumkan hasil rapat majelis gubernur bulanan, Rabu, 17 Juli 2024.
Pada 14 Juni 2024 lalu, posisi instrumen SRBI tetap tercatat sebesar Rp 666,53 triliun. Sementara SVBI, dan SUVBI masing-masing, US$ 2,3 miliar dan US$ 395 juta.
Besarnya aliran modal asing nan masuk ke instrumen utang nan diterbitkan oleh BI tersebut tecermin dari kepemilikan non-residen. Nilainya mencapai Rp 220,35 triliun alias 28,42 persen dari total outstanding. Naik dibanding bulan lampau nan nilainya baru sekitar Rp 179,86 triliun
Implementasi Primary Dealer nan dilakukan sejak Mei 2024, menurut Perry, juga memperkuat efektivitas SRBI. Khususnya sebagai instrumen moneter nan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi.
Iklan
Kepemilikan asing di SRBI secara keseluruhan mendorong catatan peningkatan utang luar negeri RI. Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk., Josua Pardede, mengatakan akibat kenaikan utang ini dapat diminimalisir oleh BI.
“Karena SRBI menggunakan underlying asset berupa SBN milik Bank Indonesia nan tenornya lebih panjang sehingga rate kuponnya juga tinggi,” ujar Josua saat dihubungi 16 Juli 2024.
Sejauh ini, Josua menambahkan, penerapan dari kebijakan SRBI cukup membantu dalam mengendalikan stabilitas rupiah. Karena condong dapat menjaga cadangan devisa Indonesia. Dengan semakin terbukanya ruang pemotongan suku kembang global, pasar SBN diperkirakan dapat kembali menarik penanammodal asing. Dia berambisi BI dapat melakukan exit strategy (pengurangan penerbitan) dengan perlahan mengurangi gelombang lelang SRBI seiring peningkatan investasi ke pasar SBN.
Pilihan Editor: Dampak Banjir Barang Impor, Industri Tekstil Makin Terpuruk