Beda Versi Kronologi Kasus Penggerudukan Doa Rosario di Tangsel

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah video viral nan beredar di media sosial menampilkan dugaan penggerudukan penduduk terhadap sekelompok mahasiswa nan melakukan ibadah Doa Rosario di Tangerang Selatan, Banten, akhir pekan lalu.

Kejadian ini turut diunggah salah satu akun media sosial X @KatolikG. Dalam video nan diunggah terlihat tindakan keributan nan terjadi di letak kejadian.

Polres Tangerang Selatan mengatakan telah mengamankan beberapa penduduk dalam kasus dugaan pengeroyokan alias penganiayaan mengenai penggerudukan mahasiswa nan melakukan ibadah Doa Rosario ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada dua jenis cerita mengenai penggerudukan tersebut, baik dari perspektif mahasiswa maupun pengurus penduduk setempat.

Berikut cerita dua jenis nan berbeda itu.

Versi mahasiswa

Mahasiswa nan melakukan ibadah Doa Rosario di Tangerang Selatan menyatakan sempat diteriaki kata-kata kasar saat digeruduk warga.

Perwakilan mahasiswa, Legy mengatakan aktivitas angan nan digelar pada Minggu (5/5) malam itu diikuti 15 orang. Legy menjelaskan aktivitas angan juga sudah nyaris selesai saat penggerudukan itu terjadi.

Setelah mereka selesai berdoa, kata Legy, Ketua RT setempat mendatangi tempat itu dan mengumpat-umpat meminta tidak melakukan ibadah di sana.

"Pak RT datang duluan, dia ngomongnya keras gitu. Keras, terus penduduk datang banyak-banyak. Warga nan pakai motor berhenti," ujar Legy saat ditemui di Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Senin (6/5).

Menurut Legy, Ketua RT tersebut meminta mereka jika mau beribadah, kudu di gereja.

"Pak RT bilang jangan ibadah di sini, ibadah di gereja," kata dia.

Versi Ketua RW

Sementara itu, Ketua RW 002, Marat mengatakan sebelum akhir pekan lalu, penduduk sekitar sudah beberapa kali mengeluhkan aktivitas kumpul-kumpul mahasiswa itu kepada pihak RT.

Ia mengaku kurang tahu seberapa sering dan berapa banyak orang nan terlibat dalam aktivitas kumpul itu. Adapun Marat menyebut aktivitas mahasiswa itu ada nan hanya sekedar kumpul, dan ada nan beragama juga.

"Sejauh nan kemarin-kemarin ini memang sudah dikeluhkan sama warga. Warga sudah ngeluh ke RT. Akhirnya RT bertindak," kata Marat di Kantor Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Senin (6/5).

Marat mengaku turut datang di TKP saat telah terjadi perselisihan itu pada akhir pekan lalu. Ia mendapat pengakuan soal penduduk nan dipukul salah satu mahasiswa di sana lebih dulu.

"Saya datang ke situ 'Udah udah. Jangan pada emosi'. 'Bukan begitu, lantaran saya sudah kena pukul Pak RW. Saya kepukul'. Iya (warga dipukul duluan)," kata Marat menirukan bunyi penduduk saat ditemui.

Selain itu, dia mengakui memang ada satu orang penduduk nan membawa senjata tajam (sajam) berupa pisau dapur pada kejadian itu.

Menurut Marat, sajam itu dibawa secara spontan, bukan sengaja disiapkan.

Selain itu, Marat menegaskan bahwa pihak RT dan RW telah melarang penduduk untuk membawa sajam.

"Spontan. Karena terdengar ada ribut-ribut, dia bawa sajam, namanya emosi kan, sepintas gitu. Kita sudah melarang. Lagi gaduh. Pihak RT RW sudah melarang [senjata tajam]," ungkap Marat.

Menurut Marat, ada satu orang nan menjadi korban dari kejadian itu.

"Ada satu orang setahu saya nan memang kena. Perempuan," jelas dia.

Dalam kesempatan itu, Marat menyebut mahasiswa itu tidak izin kepada pemilik kos untuk menggelar aktivitas kumpul-kumpul itu.

Kemenag klaim sudah damai, tapi tak ada perwakilan korban

Setelahnya, Kemenag Tangsel mengklaim perkara penyergapan mahasiswa nan melakukan Doa Rosario itu sudah damai.

Hal itu disebutkan setelah sejumlah pihak menggelar pertemuan untuk membahas dugaan penggerudukan penduduk terhadap sekelompok mahasiswa nan menggelar ibadah Doa Rosario. Kegiatan itu digelar di Kantor Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Senin kemarin.

"Kita kumpul, semua abdi negara berkumpul nan berkepentingan dari RT, RW, lurah, camat, kapolsek, semuanya kita berkumpul," kata Kasubag TU Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan Asep Azis Masser saat ditemui di instansi Kelurahan Babakan, kemarin.

Menurut Asep, keributan serupa baru pertama kali terjadi di lingkungan ini. Ia menyatakan pertemuan itu berbuah perdamaian.

"Kita sudah satu suara, bahwa semua ini kita menjadi tenteram lagi, kembali hidup berdampingan lagi," ucapnya.

Pihaknya menilai Doa Rosario merupakan aktivitas nan baik. Namun, juga kudu memperhatikan hal-hal lain, seperti etika.

"Kan ini kegiatannya baik sebetulnya, hanya nan tinggal itu masalah nya tenggang rasa, pemilihan jamnya, aktivitas berlangsung, bunyi diatur sedemikian rupa. Kemudian kita juga kudu mengerti sedekat apa antara letak aktivitas di sekitarnya. Dan sekitarnya orang berakidah apa? Jadi tenggang rasa ini," ucapnya.

Asep menegaskan aktivitas angan ini boleh dilanjutkan, asal tidak membikin gaduh. Selain itu, dia menyarankan para mahasiswa itu mencari tempat lain. Namun, perihal itu tidak menjadi argumen adanya larangan aktivitas beragama.

"Bukan beragamanya nan dilarang alias nan diangkat. Bukan. Ini etika sosialnya. Makanya kudu diperhatikan itu," kata Asep.

Sementara pegiat kepercayaan Katolik, Hesti, menyebut tidak ada korban nan datang dalam pertemuan itu. Ia pun menyayangkan perihal tersebut.

"Secara administrasi, mungkin kita namanya mengampuni ya, memaafkan. Tapi jika secara hukum, proses norma tetap berjalan," kata Hesti diwawancara di letak nan sama.

Dihubungi terpisah, Kapolsek Cisauk AKP Dhady Arsya membenarkan ketidakhadiran para mahasiswa dalam pertemuan itu.

"Mahasiswa sudah kami usahakan untuk hadir, tapi sedang UTS jadi tidak bisa hadir. Mereka diwakili oleh FKUB dan Kemenag," kata Dhady kepada CNNIndonesia.com.

(pop/kid)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional