BRI Bimbing KWT Cahaya Suci, Sukses Berdayakan Perempuan

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

INFO BISNIS – KWT Cahaya Suci merupakan salah satu bagian dari Program Pemberdayaan BRI Klasterku Hidupku dan telah mendapatkan sederet training dan workshop dari BRI untuk mengembangkan keahlian mereka, dalam pengolahan dan pemasaran produk.

"Kami dapat pendampingan dan pelatihan. Kami dapat pengetahuan mengenai packaging nan bagus seperti apa. Kami juga dikasih tahu tentang pembayaran digital melalui BRImo,” kata Made Sri Agastya, personil nan juga menjabat sebagai penggerak KWT Cahaya Suci.

Melalui program pemberdayaan ini, KWT Cahaya Suci juga merasa lebih mudah dan transaksi lebih aman. “Kami juga dibantu juga untuk pemasaran dalam mencari konsumen, salah satunya ya melalui aktivitas pagelaran nan digelar BRI," kata Agastya.

KWT Cahaya Suci, kata Agastya, menjadi wadah untuk memberdayakan para wanita, khususnya para ibu rumah tangga nan ada di Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Terbentuk pertama kali pada 22 Desember 2018, sekarang terdapat 39 wanita nan menjadi personil KWT Cahaya Suci. Menurut Agastya nyaris seluruh personil KWT Cahaya Suci mempunyai latar belakang sebagai petani.

Diluar kesibukan sebagai petani, untuk menambah penghasilan tambahan para wanita mulai mengolah jenis camilan dari kacang. Dari sinilah awal mula KWT Cahaya Suci mulai berkembang dan sukses memberdayakan para wanita lain di desanya. "Terus terang saya nggak punya tanah, jadi saya kadang beli kacang di pasar alias beli langsung ke petani, untuk diolah jadi camilan," tutur Agastya.

Usaha awalnya hanya mengolah kacang keplos sebanyak 5 kg untuk dijual ke warung-warung nan ada di delapan banjar (dusun). Alasan kenapa Agastya menjual camilan kacang bisa dibilang sederhana, ialah lantaran banyak orang di daerahnya nan menyukai kacang-kacangan.

Bukan hanya lantaran kacang nan menjadi camilan favorit saja, tapi rupanya kacang juga menjadi salah satu isian banten alias sesajen bagi umat Hindu nan ada di Bali. Artinya, dari perihal sederhana itu, sebenarnya Agastya sukses menangkap kesempatan dengan memenuhi kebutuhan pasar.

Keistimewaan kacang keplos unik Bali milik KWT Cahaya Suci terletak di pengolahannya. Camilan nan datang dengan dua jenis rasa, ialah ramuan pedas manis dan original ini mempunyai tekstur nan kriuk dan gurih. "Kacang keplos ini adalah jenis kacang merah nan digoreng dengan minyak berkualitas. Kulit arinya diayak beberapa kali dan minyaknya dihilangkan di-spinner," ujar wanita berumur 53 tahun itu.

Dalam sekali produksi sebanyak 25 kg dan pasti lenyap dalam waktu 3 hari. “Biaya nan kami keluarkan untuk produksi sekitar Rp 1,25 juta sudah termasuk listrik, bahan baku. Pendapatan nan kami peroleh sekitar Rp 1,7 juta dan untung nan dihasilkan, kami gunakan untuk angsuran KUR tiap bulan," ujar Agastya.

Melalui KWT Cahaya Suci, BRI secara tak langsung ikut menyediakan lapangan kerja bagi para perempaun di Desa Panji. Dengan langkah konkret itu, BRI sekaligus mendukung perekonomian lokal.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, Klasterku Hidupku merupakan pemberdayaan kepada golongan upaya nan terbentuk berasas kesamaan upaya dalam satu wilayah, sehingga tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan upaya para anggotanya. Hingga akhir Juli 2024 tercatat BRI telah mempunyai 31.488 klaster upaya nan tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI juga telah menyelenggarakan 2.184 training dalam program Klasterku Hidupku tersebut. (*)

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis