TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) kembali menepis tuduhan dugaan mark up alias meningkatkan nilai impor beras dari Vietnam. Hal ini menanggapi laporan Studi Demokrasi Rakyat (SDR) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lantaran dugaan selisih nilai 2,2 juta ton beras impor dari Vietnam sebesar Rp 2,7 triliun.
“Perusahaan Tan Long Vietnam nan diberitakan memberikan penawaran beras, sebenarnya tidak pernah mengusulkan penawaran sejak bidding tahun 2024 dibuka. Jadi tidak mempunyai keterikatan perjanjian impor dengan kami pada tahun ini,” ucap Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, dalam keterangan pers. Kamis, 11 Juli 2024.
Bulog juga mengutip media Vietnam, CAFEF, untuk menjelaskan tuduhan itu. Dalam media itu, Direktur Utama Tân Long (TLG), Trng S Bá, menyatakan sejak 2023 sampai sekarang, perusahaannya tidak pernah memenangkan tender langsung apa pun dari Bulog.
TLG memang pernah berencana menawarkan impor 100 ribu ton beras. Namun, perusahaan itu menawar dengan nilai US$ 15 per ton lebih tinggi dibanding perusahaan lain. Walhasil, Bá urung memenangkan tender.
“Keterangan dari Tan Long Group ini menjadi penjelasan atas polemik beras impor nan terjadi,” tulis Bulog dalam keterangan pers itu, Kamis, 11 Juli 2024.
Iklan
Bila polemik rumor ini terus ditiupkan dan bersambung tanpa kebenaran nan jelas, Bulog cemas bakal berakibat pada kelancaran pembelian beras Indonesia dari Vietnam hingga akhir 2024. Bahkan, lebih jauh, rumor ini berpotensi mempengaruhi hubungan bilateral perdagangan kedua negara.
Direktur Transformasi dan Hubungan Antar Lembaga Perum Bulog, Sonya Mamoriska, mengatakan pihaknya mendapatkan penugasan untuk mengimpor beras dari Kementerian Perdagangan sebesar 3,6 juta ton pada tahun 2024. "Pada periode Januari-Mei 2024, jumlah impor sudah mencapai 2,2 juta ton," kata Sonya dalam keterangan tertulis, Ahad, 7 Juli 2024.
Impor dilakukan Perum Bulog secara berkala dengan memandang neraca perberasan nasional dan mengutamakan penyerapan beras dan gabah dalam negeri. Sampai akhir Juni, lanjut Sonya, Perum Bulog telah menyerap 800 ribu ton beras dalam negeri dan optimistis bisa menyerap 1 juta ton beras, melampaui dari sasaran nan diberikan oleh pemerintah. "Kami komitmen tetap menjadi pemimpin rantai pasok pangan nan terpercaya,” ujar Sonya.
Pilihan Editor: Profil Arief Prasetyo Adi dan Bayu Krisnamurthi, Kepala Bapanas dan Dirut Bulog Dilaporkan ke KPK, Apa Kasusnya?