TEMPO.CO, Jakarta - Chief Economist alias Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual, memastikan bahwa kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bakal berakibat langsung terhadap kenaikan nilai barang-barang. David memprediksi, setidaknya bakal ada kenaikan nilai peralatan sekitar 9 persen imbas kenaikan PPN.
“Ini kan jika (PPN) naik dari 11 persen ke 12 persen, itu kan kenaikan nilai barangnya sekitar 9 persenan,” kata David ketika dihubungi pada Kamis, 21 November 2024.
Kenaikan PPN ini, kata David, nantinya bakal berkapak langsung kepada sektor konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga. Dimana berasas info Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga berkontribusi hingga 51,87 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) negara.
David khawatir, jika kelak PPN 12 persen di tahun 2025 jadi diterapkan, kebijakan ini bakal langsung memukul perekonomian negara nan ditopang oleh sektor konsumsi rumah tangga tersebut. Apalagi, saat ini kondisi ekonomi sedang melambat dimana pada kuartal III 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,95 persen secara year on year (yoy).
“Jangan sampai kenaikan PPN menyebabkan ekonomi kita nan sedang turun menjadi semakin turun,” ujarnya.
Dirinya menilai, pada dasarnya penerimaan PPN menjadi gambaran dari aktivitas ekonomi nan terjadi di suatu negara. Sebagaimana diketahui, besaran Gross Domestic Product (GDP) Indonesia di tahun 2023 berada di kisaran Rp 20 kuadriliun alias sama dengan Rp 20 ribu triliun. Dimana Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di bumi berasas nominal PDB.
“Kalau misalnya aktivitas ekonomi 20 ribu triliun, PPN-nya jika sekarang 11 persen, ya (penerimaan PPN) 11 persen dari 20 ribu triliun gitu kan. Nah persoalannya sekarang jika kita lihat, sebenarnya (penerimaan) PPN-nya nggak 11 persen dari 20 ribu triliun,” ucap David.
Hal senada juga diungkapkan oleh ahli ekonomi Segara Institute, Piter Abdullah. Piter mengatakan, kenaikan PPN bakal dengan serta-merta membikin inflasi harga-harga barang. Bila inflasi tersebut terjadi, ditambah dengan daya beli masyarakat nan memang sudah lemah, konsumsi masyarakat juga bakal turun nan membikin pertumbuhan ekonomi ikut melambat.
“Inflasi bakal naik, nilai peralatan naik, sementara di sisi lain daya beli sudah turun duluan, artinya konsumsi bakal turun. Kalau konsumsi bakal turun pertumbuhan ekonomi bakal turun,” ucap Piter ketika dihubungi, Kamis, 20 November 2024.