INFO BISNIS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk alias BRI mempunyai salah satu program untuk memberikan pendampingan dan pemberdayaan bagi pelaku upaya mikro mini dan menengah (UMKM) ialah Klaster Usaha ‘Klasterku Hidupku’. Melalui program ini, para UMKM diharapkan dapat lebih handal dan naik kelas.
“Tidak hanya berupa modal upaya saja, tapi juga berupa pelatihan-pelatihan upaya dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat terus tumbuh dan naik kelas,” kata Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, belum lama ini. Hingga akhir Agustus 2024 tercatat BRI mempunyai 32.449 klaster upaya nan diberdayakan di seluruh Indonesia.
Strategi upaya mikro BRI di 2024 pun konsentrasi pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank nan berkomitmen kepada pelaku UMKM telah mempunyai kerangka pemberdayaan nan dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi. Hal tersebut bakal menjadi tulang punggung penyelenggaraan program-program pemberdayaan nan digagas BRI, seperti Desa BRILiaN, KlasterkuHidupku, Figur Inspiratif Lokal (FIL), dan LinkUMKM (platform pemberdayaan online).
Salah satu golongan UMKM bimbingan BRI dalam program Klasterku Hidupku nan bergerak di industri pengolahan hasil pertanian khususnya buah pisang adalah Kelompok Pisang Sale Mades. Produk dari klaster ini mempunyai tiga jenis utama, ialah keripik pisang sale, keripik ubi talas, dan keripik singkong.
Supari berambisi upaya nan dijalankan Kelompok Petani ini bisa mendorong perputaran ekonomi di sektor pertanian. “Tentunya jadi kisah inspiratif nan bisa direplika oleh pelaku upaya lainnya,” ujar dia.
Ketua Kelompok Pisang Sale Mades Ni Made Suryani mengatakan, awalnya pada 2015 dia mempunyai buahpikiran mau memanfaatkan kearifan lokal melalui pengolahan buah pisang. Hal ini dikarenakan, buah pisang banyak ditemukan di sekitar tempat tinggalnya di wilayah Kabupaten Parigi, Sulawesi Tengah.
“Buah pisang waktu itu terkesan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat, apalagi seperti hanya dibuang-buang saja,” ujarnya. Misalnya jika tidak lenyap dikonsumsi, maka dibiarkan saja di matang di pohon lampau menjadi makanan burung-burung. Di samping itu, jika pasokannya melimpah, maka buah pisang tersebut hanya dipotong-potong dijadikan makan untuk ternak masyarakat.
Dari situlah kemudian dia berbareng beberapa penduduk lainnya mengobservasi untuk memanfaatkan pengolahan pisang agar lebih menambah nilai guna. “Setelah percobaan mengolahnya menjadi kue, keripik, kemudian saya dan penduduk lain juga mencoba mengolah pisangnya menjadi pisang sale,” tambahnya.
Pisang Sale Mades mempunyai keunikan, ialah rasa manis nan didapat dari hasil fermentasi pisang, ialah madunya sehingga terasa enak, gurih, dan lembut. Dengan omzet nan mencapai puluhan juta per bulan, produk dari Klaster Pisang Sale Mades tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga telah sukses menembus pasar beragam kota di Indonesia.
Keberhasilan ini pun tidak terlepas dari upaya golongan dalam menjaga kualitas produk dan penemuan nan terus dilakukan. Selain itu, produk-produk mereka sering tampil dalam pameran-pameran, baik di tingkat regional maupun nasional. Partisipasi dalam pameran-pameran tersebut memberikan kesempatan bagi golongan untuk memperluas jaringan pemasaran dan memperkenalkan produk mereka kepada khalayak nan lebih luas
Proses perkembangan ini tak terlepas dari support BRI nan melakukan pemberdayaan terhadap golongan UMKM. “Tentunya setelah saya dan kreator pisang sale lainnya menjadi binaannya BRI, banyak pengetahuan nan saya dapatkan. Kami merasa diperjuangkan oleh BRI untuk membantu memasarkan produk. Misalnya ada event tertentu, BRI mengikutsertakan produk saya dalam pameran alias apalagi bingkisan suvernir,” kata Ni Made.
Menurutnya, banyak kemudahan didapatkan dan pengalaman training dari BRI sehingga pemasaran produk Pisang Sale semakin luas dikenal masyarakat. Ia pun berharap, penjualannya semakin besar hingga ekspor ke luar negeri. (*)