TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, menyarankan pemerintah Prabowo untuk meningkatkan produksi pangan sebesar 10 persen sebagai upaya swasembada pangan. Menurutnya, pemerintah Indonesia terlalu banyak memberikan janji kepada masyarakat dalam perihal swasembada pangan.
"Tingkatkan saja, gimana kita meningkatkan produksi 10 persen, janji lumbung pangan bumi dan sebagainya itu sejak era Jokowi tahun 2015, hasilnya apa? Zonk," ujar Dwi Andreas saat dihubungi Tempo melalui telepon seluler pada Jumat, 22 November 2024.
Dia mengatakan saat pemerintahan Presiden Joko Widodo, produksi padi ketika itu juga mengalami penurunan satu persen setiap tahunnya. Dwi meminta agar para pejabat kepentingan dapat membikin kebijakan nan sesuai dengan realita nan terjadi di Indonesia.
"Produksi padi justru turun satu persen per tahun dan jadi itu nan realistis saja, nan tidak nabrak kesana kemari, nan kadang-kadang berpikir irasional," ucap dia.
Dwi juga mengkritik keras kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan) nan membikin program Brigade Swasembada Pangan alias Brigade Pangan. Menurutnya, perihal tersebut tidak masuk logika lantaran konsep dari program tersebut belum mempunyai kejelasan.
Ketidakjelasan itu lantaran Kementan tidak menjelaskan secara perincian konsep dari program Brigade Swasembada Pangan ini. Ia hanya mengetahui program tersebut merekrut generasi muda untuk bertani.
"Katanya kelak 10 orang gitu kan generasi milenial mengelola lahan 200 ribu hektare, 150 sampai 200 ribu hektare untuk dilengkapi dengan peralatan modern dan sebagainya," ujar dia.
Sementara itu, Andreas juga mempertanyakan seperti apa model nan bakal digunakan untuk merealisasikan program Brigade Swasembada Pangan ini. Selain itu, menurutnya, lahan nan bakal digunakan untuk program Brigade Pangan itu tidak cocok untuk dilakukan di pulau Jawa.
"Lalu mau dilakukan di mana? Mau dilakukan di Jawa? Ya enggak mungkin, di Jawa kepemilikan lahan hanya 0,2 sampai 0,3 hektare, di jaringan tani kami itu lahannya nan diolah hanya 0,2 hektare 0,3 hektare," tutur Dwi.