TEMPO.CO, Jakarta - Penasihat Senior Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Grace Binowo, mengatakan semestinya pemerintah lebih memprioritaskan keamanan wilayah laut Indonesia. Alasannya, kata dia, perihal tersebut sejak seringnya wilayah perairan laut di Indonesia mengalami pencurian ikan nan dilakukan beberapa negara asing.
"Nah, inilah memang pentingnya prioritas dan gimana pemerintah Republik Indonesia memandang ancaman keamanan laut. Kalau memang ancaman keamanan laut ini dinilai sangat menakut-nakuti ya," ujar Grace dalam obrolan keamanan laut di wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia melalui platform zoom pada Jumat, 22 November 2024.
Menurutnya, adanya pencurian ikan nan terjadi di wilayah laut Indonesia juga menakut-nakuti beragam program keberlanjutan pemerintah. Tidak hanya itu, Grace mengatakan perihal tersebut turut membahayakan komoditas pangan hingga beragam sektor untuk kesiapan pangan bagi masyarakat.
"Tapi nan lebih jauh keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan untuk anak cucu masyarakat Indonesia tahun ke depan," ucap dia.
Dalam pemaparannya, Grace menyampaikan memang pemerintah Indonesia telah memasukkan wilayah prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Namun, kata dia, perihal tersebut baru diinput setelah terjadi kasus pencurian ikan di wilayah perairan laut Indonesia.
"Memang di RPJPN sudah dimasukkan beberapa wilayah prioritas. Wilayah prioritas itu termasuk laut di Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Sumatra. Nah, di situ ada prioritas pemerintah untuk menjaga keamanan," tutur dia.
Sementara itu, adanya pembahasan ini lantaran terdapat besarnya kerugian nan dialami Indonesia akibat pencurian ikan. Senior Analyst IOJI, Imam Prakoso, mengatakan Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp 2.98 triliun akibat pencurian ikan di wilayah laut Natuna, nan dilakukan 280 kapal ikan Vietnam pada Mei hingga Desember 2016 lalu.
"Itu adalah nomor nan dihasilkan dari 280 kapal ikan Vietnam nan mencuri ikan di Indonesia selama Mei sampai Desember 2016. Itu setara dengan 4.700 sekian Indonesia jika menangkap di laut Natuna," ujar Imam dalam keterangan nan sama.
Dalam pemaparannya, dia menjelaskan argumen kapal ikan Vietnam hingga saat ini tetap mengincar ikan di area laut Natuna Indonesia. Menurut Imam, para nelayan Vietnam melakukan itu untuk memenuhi stok ekonomi komoditas perikanan di negaranya.
"Jadi mau enggak mau stok nan tetap lebih di Natuna mereka (Vietnam) incar juga. Banyak nan bilang bahwa komoditas ikan di Natuna itu kurang," tutur dia.
Padahal, kata Imam, kondisi perikanan di wilayah laut Natuna tidak mempunyai nilai alias nilai jual nan cukup tinggi. Namun, lanjut dia, para nelayan Vietnam tetap mengincar perikanan di wilayah laut Natuna lantaran memerlukan jenis ikan berbentuk mini alias benih.
Menurut Imam, para nelayan Vietnam mencari ikan mini itu untuk melakukan pengembangan budi daya ikan di negaranya. Hal tersebut, kata dia, seperti cumi, lobster, hingga gurita untuk dikembangkan dengan nilai jual nan cukup tinggi.