Jakarta, CNN Indonesia --
Petinggi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan support terhadap pengangkatan Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto sebagai Pahlawan Nasional, dengan argumen jasa-jasanya nan besar terhadap perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan Soeharto merupakan tokoh krusial dalam sejarah Indonesia nan layak memperoleh penghargaan atas pengabdian dan kontribusinya selama masa perjuangan maupun kepemimpinan nasional.
"Kami mendukung Bapak Soeharto sebagai pahlawan nasional lantaran beliau sangat berjasa kepada Republik Indonesia, sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa pembangunan," kata Dadand, dalam keterangan nan diterima di Jakarta, Rabu (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Soeharto turut berjuang dalam perang gerilya dan memainkan peran krusial dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, nan menjadi momentum strategis bagi pengakuan kedaulatan Indonesia di mata dunia.
Selama menjabat sebagai presiden, lanjutnya, Soeharto juga dinilai sukses melaksanakan beragam program pembangunan terencana melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) nan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dadang menambahkan keberhasilan kepemimpinan Soeharto antara lain tercermin dari swasembada beras pada dasawarsa 1980-an, program Keluarga Berencana (KB) nan sukses menekan laju pertumbuhan penduduk, serta stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan nan terjaga selama masa pemerintahannya.
"Ketika kita menghargai jasa kepahlawanan seseorang, jangan dilihat dari perbedaan politik alias kepentingan apapun, selain kepentingan bangsa dan negara, terlepas dari kekurangan dan kesalahan seseorang," ujarnya.
PBNU dukung Soeharto dan Gus Dur jadi pahlawan nasional
Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) turut menyatakan dukungannya terhadap usulan Kementerian Sosial kepada Dewan Gelar untuk menetapkan Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Pahlawan Nasional.
Menurut Gus Fahrur, bangsa Indonesia perlu belajar dari masa lampau baik dari kebaikan maupun kekurangannya untuk membangun masa depan nan lebih bijak dan berkeadaban.
"Dalam tradisi keilmuan Islam, ada norma penting: Al-muhafazhah 'ala al-qadim ash-shalih wal akhdzu bil jadid al-ashlah, menjaga nan lama nan baik, dan mengambil nan baru nan lebih baik," ujar Gus Fahrur di Jakarta, Rabu (5/11).
Gus Fahrur menilai Soeharto maupun Gus Dur mempunyai kontribusi besar terhadap bangsa dalam dua fase sejarah nan berbeda.
"Pak Harto berjasa besar dalam stabilisasi nasional dan pembangunan ekonomi. Di masa beliau, Indonesia dikenal bumi sebagai salah satu macan ekonomi baru Asia, dengan program pembangunan nan terencana dan stabilitas ekonomi serta keamanan nan tinggi," kata dia.
Selain itu, kata Gus Fahrur, Soeharto juga mempunyai jasa besar di bagian sosial-keagamaan. Sementara itu, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menurutnya berjasa besar dalam memperjuangkan demokrasi, pluralisme, dan rekonsiliasi bangsa pasca reformasi.
"Keduanya punya jasa luar biasa dalam membangun bangsa di masa-masa sulit. Menetapkan mereka sebagai Pahlawan Nasional bukan berfaedah meniadakan kritik atas kekurangan nan pernah ada, tetapi corak penghargaan atas jasa besar nan telah mereka berikan," kata Gus Fahrur.
Ketua PBNU ini juga mengapresiasi langkah kementerian Sosial di bawah Menteri Saifullah Yusuf nan tengah selesai memproses sejumlah tokoh nan lantas sudah diserahkan ke Dewan Gelar untuk dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun ini.
Gus Fahrur berambisi penetapan pahlawan nasional dapat menjadi momentum rekonsiliasi sejarah dan penguatan nilai kebangsaan.
"Semoga dengan penetapan ini, kita semakin menghargai peran semua pihak dalam perjalanan bangsa baik sipil, militer, maupun ulama. Semua punya andil dalam menjaga Indonesia," kata dia.
Kementerian Sosial (Kemensos) pada tahun ini telah mengusulkan 40 nama tokoh nasional kepada Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) untuk dipertimbangkan menjadi pahlawan nasional.
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf memastikan sebagian besar nama tersebut merupakan hasil pembahasan dari tahun-tahun sebelumnya dan proses penetapan calon itu dilakukan melalui seleksi berlapis nan melibatkan beragam unsur, mulai dari masyarakat hingga tim mahir tingkat pusat.
Selain Soeharto, sejumlah tokoh lain nan diusulkan antara lain Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), aktivis pekerja Marsinah, Jenderal (Purn) M. Jusuf, Ali Sadikin, KH Bisri Syansuri, Syaikhona Kholil Bangkalan, serta Prof. Mochtar Kusumaatmadja.
(antara/gil)
[Gambas:Video CNN]
1 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·