Polda Sudah Periksa 5 Senior Dokter Aulia di Kasus Bully PPDS Undip

Sedang Trending 6 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus perundungan alias bully di kembali tewasnya mahasiswi PPDS Anestesi Undip, dr Aulia Risma Lestari, tetap diusut kepolisian.

Hingga tengah pekan lampau setidaknya ada 34 orang nan telah diperiksa kepolisian. Selain rekan satu angkatan korban, polisi pun memeriksa lima senior Aulia Risma di PPDS Anestesi Undip di RS Kariadi Semarang.

Namun, Polda Jateng menegaskan perlu ada penjelasan dari keterangan para saksi itu dengan temuan di lapangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini lima senior sudah dipanggil, dimintai keterangannya, tentu pemeriksaan kan tidak hanya sekali saja lantaran kudu diklarifikasi dengan info temuan di lapangan. Lalu keterangan satu saksi dengan saksi nan lain kudu didalami," Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto di pos Libas Simpang Lima Semarang, Kamis (19/9) pekan lampau dikutip dari detikJateng.

Selain senior, kepolisian juga memeriksa junior dr Aulia, hingga rekan satu angkatannya dari mulai ketua angkatan hingga bendaharawan angkatan.

"Kita tetap melakukan pemeriksaan 34 saksi dari rekan satu angkatan, senior-junior, khususnya nan chief angkatan, bendaharawan angkatan, lantaran berangkaian dengan dinamika aktivitas PPDS di Undip," kata Artanto.

Artanto pun mempersilakan jika ada pihak nan mau melaporkan kasus dugaan perundungan di PPDS Undip itu. Dia berjanji bakal menjamin keamanan identitas pelapor.

"Ya terima kasih jika ada rekan mahasiswa nan melapor dengan kasus nan sama, ya kita sangat berterima kasih. Tentunya identitas dan agunan nan berkepentingan kudu kita berikan," katanya.

"Kita bakal koordinasi juga dengan pihak Kemenkes jika ada nan melapor kita berikan agunan jangan sampai nan sudah melapor akhirnya proses pembelajarannya terganggu," sambung Artanto.

Sementara itu, pada pekan lampau untuk kali pertama orangtua almarhumah dr Aulia buka bunyi mengenai dugaan bully nan menimpa anaknya tersebut.

Ibunda almarhumah Aulia, Nuzmatun Halimah, didampingi kuasa norma meminta ada keadilan atas dugaan perundungan nan dialami anaknya hingga diduga jadi salah satu aspek pemicu kematiannya.

"Tolong bantu saya... tolong bantu saya... tolong bantu saya mencari keadilan," katanya lirih tercekat-cekat sembari menangis saat berbincang kepada wartawan di Semarang, Rabu (18/9) malam.

Pada kesempatan itu, Nuzmatun menerangkan kondisi sakit nan dialami anaknya nan juga diduga diperparah oleh dugaan perundungan di lingkungan akademis PPDS Undip di RS dr Kariadi, Semarang.

"Jadi 25 Agustus 2022, setelah jatuh itu mulai bulan Oktober terasa punggungnya sakit kakinya sakit, apalagi sakit kedua-duanya tetap dibentak-bentak [diduga senior], lantaran tugasnya lelet. [Di]-suruh bawa makanan, minuman, naik dari lantai 1 ke lantai 2, tidak boleh pakai troli kudu dibawa sendiri. Kejam sekali ya Allah, dengan kakinya nan pincang diseret-seret lantaran sakit," ujar Nuzmatun.

Nuzmatun pun mengungkit setelah putrinya meninggal diduga bunuh diri lantaran tak kuat perundungan, tak berselang lama suaminya menyusul ke liang lahat. Ayah dari dr Aulia nan memang sedang sakit, dan diduga kondisinya drop setelah kehilangan anak perempuannya tersebut.

"Berikan keadilan... Tidak hanya satu nyawa, tetapi suami saya nan semestinya mendampingi saya, lantaran anaknya tidak ada...tetapi sekarang...," lanjutnya lirih sembari menangis dan menahan emosi sedih.

Di tempat nan sama, kuasa norma family korban, Misyal Ahmad, membeberkan ada dugaan nilai aliran duit ratusan juta rupiah nan diduga mengenai perundungan di lingkungan akademis PPDS Undip itu. Dugaan aliran duit itu, katanya, sekarang tengah didalami kepolisian di Polda Jawa Tengah.

"Jadi nilai duit itu nan saya tahu Rp225 juta, tapi kita tidak tahu penggunaannya kemana saja itu tetap diperiksa pihak kepolisian melalui rekening koran," kata Misyal.

Sementara itu, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi meminta maaf mengenai kasus dugaan perundungan di PPDS anestesi.

"Saya sampaikan hari ini, kami menyadari sepenuhnya menyampaikan dan mengakui bahwa di dalam sistem pendidikan Dokter Spesialis di internal kami terjadi praktek alias kasus perundungan dalam beragam corak dan derajat dan hal," kata Dekan FK Undip Yan Wisnu Prajoko saat konvensi pers di kampus FK Undip Tembalang Semarang, Jumat (13/9).

"Dengan demikian kami memohon maaf kepada masyarakat, Kementerian Kesehatan, Kemendikbudristek dan kepada Komisi IX, Komisi X DPR RI, dimana tetap ada kekurangan kami di dalam menjalankan proses pendidikan Dokter Spesialis," imbuhnya.

Yan menyebut pihaknya selalu membuka diri kepada seluruh pihak untuk mengawasi dan mengoreksi sehingga proses pendidikan menjadi baik dan bermanfaat. Terkait penangguhan PPDS Anestesi Undip, Yan berambisi Kemenkes dapat segera mencabutnya. 

Hal senada juga disampaikan pihak RSUP dr. Kariadi nan merasa ikut bertanggung jawab terjadinya perundungan di lingkungan PPDS anestesi.

"Kami tidak lepas dan ikut bertanggung jawab dalam proses pendidikan anestesi. Makanya kami kepada Kemenkes, Kemendikbudristek, dan seluruh masyarakat kiranya menjadi momentum RSUP Kariadi sebagai salah satu wahana ahli dan ke depannya jadi momentum untuk kita lebih mengevaluasi dan menjadikan perihal ini agar kita mencetak tenaga kesehatan nan baik. Kami minta maaf," kata Direkur Layanan Operasi Dr Mahabara nan Putra.

Untuk diketahui, dr Aulia ditemukan meninggal di kosnya di Semarang pada 12 Agustus 2024 lalu. Dia diduga bunuh diri dan disebut sempat menerima perlakuan bully dan pemerasan. Pihak family sudah melaporkan kasus itu ke Polda Jateng.

(tim/kid)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional