Dominasi Ridwan Kamil dan Sinyal KIM Pecah di Pilgub Jabar

Sedang Trending 2 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2024 mulai bergeliat. Partai politik sudah sibuk memilah-milah sosok nan bakal diusung menjadi calon gubernur dan calon wakil gubernur di tanah pasundan itu untuk lima tahun ke depan.

Sejumlah tokoh beken mulai bermunculan di bursa cagub dan cawagub. Salah satunya gubernur petahana Ridwan Kamil. Kemudian terdapat nama pendatang baru, ialah Ilham Habibie nan diusung Partai NasDem.

Selain itu, ada nama mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mantan Wali Kota Bogor Bima Arya, hingga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Bima Arya jadi sosok nan berpotensi diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM). Koalisi ini merupakan partai politik pengusung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024. Mereka menarasikan bakal melanjutkan kerja sama politik di Pilkada 2024.

Namun, sampai saat ini belum jelas siapa sosok nan bakal diusung KIM. Golkar, salah satu personil KIM, memberikan surat penugasan untuk Ridwan Kamil di Jawa Barat alias DKI Jakarta. Sementara itu, Gerindra memberikan support untuk Dedi Mulyadi.

Dari sisi elektabilitas, hasil survei Indikator Politik Indonesia menyatakan Ridwan Kamil sebagai calon terkuat di Pilgub Jabar 2024. Namanya merajai semua simulasi nan digelar.

Dalam simulasi terbuka (top of mind), elektabilitas Ridwan Kamil mencapai 16 persen. Hanya mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi nan menempel ketat Ridwan. Elektabilitas calon lainnya tak sampai 1 persen.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai Ridwan Kamil mempunyai kesempatan besar untuk menang jika maju di Pilgub Jawa Barat. Sebab, RK mempunyai modal sebagai petahana dan mempunyai prasarana politik mumpuni di Jawa Barat.

"Juga didukung waktu pendek masa kampanye selama tiga bulan. Belum juga dia punya elektoral elektabilitas nan tinggi," kata Agung kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/7).

Meski begitu, Agung mengatakan nasib RK di Pilkada Jawa Barat belum jelas sampai saat ini. Ia memandang tetap terjadi tarik menarik di internal KIM untuk mendukung RK maju di Pilkada Jabar alias Jakarta.

"Dan semua pihak menanti sikap RK mengenai keputusan di pilkada kelak dia mau di mana," kata dia.

Di sisi lain, Agung memprediksi peta politik di Pilkada Jabar makin cair dan bergerak jika RK memilih skenario untuk maju di Pilkada Jakarta.

Jika skenario ini terjadi, Agung memprediksi Dedi Mulyadi bakal diuntungkan. Sebab, elektabilitas Dedi belakangan ini selalu membuntuti RK di ranking kedua.

Agung memandang nama-nama lain seperti Ilham Habibie, Bima Arya, hingga Ono Surono tetap butuh waktu untuk mengejar elektabilitas Dedi Mulyadi. Namun, nama-nama penantang ini berkesempatan menang juga jika Dedi salah memilih calon wakil gubernur.

"Sehingga kebutuhan Dedi mencari wakil nan bisa merepresentasikan nilai religiusitas. Seperti di gambar dalam potret survei pemilih di Jabar muslim nan taat. Kalau Pak Dedi bisa bidik siapa wakil nan cerminkan demografi pemilih nan demikian, pemilih muslim taat, logis dan generasi muda, maka bisa berpeluang," katanya.

Sinyal KIM pecah

Agung pun memprediksi partai politik di Koalisi Indonesia Maju bisa pecah di jika Ridwan Kamil tetap 'ngotot' maju di Pilkada Jabar.

Jika skenario ini terjadi, dia mengatakan kemungkinan Ridwan Kamil bakal diusung Golkar berhadapan dengan Dedi Mulyadi nan diusung oleh Gerindra. Kondisi pertarungan ini pun mengulang momen Pilkada Jabar 2018 lampau ketika Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum melawan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.

''Seperti Banten. KIM pecah di Banten. Dan ada kesempatan bisa terjadi di Jabar dan Jakarta. KIM ini kan koalisi Pilpres, bukan pilkada. Saya lihat jika Pak RK dan Dedi berkompetisi bakal ketat. Kuncinya di wakil nan melengkapi," kata Agung.

Agung mengatakan tiap parpol pasti berambisi memajukan kader-kadernya di Pilgub Jabar. Tak terkecuali bagi Golkar, Gerindra, PAN hingga PDIP nan belakangan ini mengorbitkan kadernya dalam bursa cagub Jabar. Karenanya, dia mengatakan kondisi Pilkada Jabar bakal lebih cair berbeda dari koalisi di Pilpres 2024.

"Kemarin Pak Dedi mulai cari wakil. Ketemu Bima Arya. Setidaknya lengkapi figur dia, Pak Ono alias Bu Susi nan memang bisa melengkapi. Saya kira RK petahana mana mau kalah. Dedi juga demikian berkompetisi untuk menang," ujar dia.

Senada, pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo juga memandang bakal terbentuk banyak poros jika Ridwan Kamil tetap memutuskan maju di Pilkada Jabar.

Ia memprediksi bakal muncul minimal tiga poros koalisi. Kunto memandang Golkar kemungkinan membentuk poros mengusung RK dengan mencari mitra koalisi lain. Kemudian muncul poros lain nan dimotori Gerindra mengusung Dedi Mulyadi.

Lalu, Kunto mengatakan dapat muncul poros NasDem nan kemungkinan bisa berkoalisi dengan PKS hingga PKB. Terlebih, baru-baru ini Sekjen Partai NasDem Hermawi Taslim mengatakan partainya bakal berkoalisi dengan PKS dan PKB di Pilgub Jawa Barat.

"Kalau saya lihatnya sangat pecah ya banyak sekali nan ingin. Dedi dari Gerindra ini sedang mesra dengan PAN, Bima Arya. Kemudian NasDem dan PKS, mungkin," kata dia.

Pengaruh tokoh kepercayaan tetap kuat

Kunto juga mengungkapkan pengaruh keagamaan, ketokohan hingga kerasionalan tetap dominan sebagai preferensi pemilih di Jawa Barat.

Karenanya, Kunto mengatakan para kandidat maupun parpol dapat memperhatikan preferensi pemilih ini ketika mencalonkan pasangan cagub-cawagub di Jabar.

"Belum lagi ada banyak anak-anak muda yg sangat melek medsos dan rasional. Dari dua itu mereka nan punya jejaring tokoh kepercayaan dan punya fans dari anak-anak muda bakal diuntungkan," kata dia.

Sementara Agung Baskoro membagi wilayah Jabar menjadi tiga kawasan, ialah Jabar bagian utara, tengah-barat dan selatan.

Di Jabar utara dan selatan, kata dia, didominasi oleh karakter kelas menengah ke bawah. Sementara Jabar bagian tengah-barat kebanyakan merupakan area metropolitan dengan kelas menengah terdidik nan secara perekonomian lebih baik.

Agung menjelaskan Dedi Mulyadi merupakan sosok nan merepresentasikan wilayah Jabar bagian utara. Sementara RK merepresentasikan Jabar bagian tengah-barat.

"Saya kira mereka butuh representasi. Misal RK butuh orang selatan alias utara untuk wakil. Nah Dedi butuh orang tengah dan selatan untuk lengkapi demografi pemilihnya agar ceruk pemilih melebar. Dulu RK kan dulu dapat wakilnya Pak Uu dari selatan. Melengkapi," kata Agung.

(rzr/tsa)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional