Wamen BUMN Sebut Bakal Ambil Alih Lahan Penambang Liar untuk Pemulihan PT Timah

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo namalain Tiko berencana membikin skema pemulihan PT Timah (Persero) Tbk alias TINS dengan mengambil alih lahan nan dipakai oleh penambang liar.

"Itu skema untuk mulai mengambil alih ulang lagi nan kemarin diambil sama penambang liar agar kami bisa produksi lebih besar lagi ke depan," kata Tiko ditemui usai aktivitas ulang tahun Bulog ke di Balai ke 57 di Balai Kartini pada Rabu, 22 Mei 2024 malam.

Sebelumnya, PT Timah mengumumkan melalui keterangan resminya pada 28 Maret 2024 mengalami kerugian lantaran penambang tanpa izin alias ilegal.

Data dari keahlian operasi PT Timah mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton alias 74 persen pada akhir tahun 2023 dibandingkan periode nan sama tahun sebelumnya sebesar 20.079 ton. Adapun produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton alias 77 persen dibandingkan periode nan sama tahun sebelumnya sebesar 19.825 metrik ton, serta penjualan logam timah sebesar 14.385 metrik ton alias 69 persen dibandingkan periode nan sama tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton.
Harga jual rerata logam timah sebesar USD 26.583 per metrik ton alias lebih rendah 84 persen dibandingkan periode nan sama tahun sebelumnya sebesar USD 31.474 per metrik ton.

Sampai dengan akhir tahun 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92 persen dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 17 persen, Korea Selatan 13 persen,  Belanda 11 persen, India 9 persen, Taiwan 9 persen dan Amerika Serikat 8 persen.

Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk. alias TINS, Ahmad Dani Virsal menyebut kerugian nan dialami perusahaannya mencapai Rp 450 miliar. Menurut dia, kerugian itu disebabkan oleh penurunan nilai timah di pasar global.

Ahmad menyampaikan bahwa produksi PT Timah juga mengalami penurunan. Selain itu, beban operasional perusahaan nan tetap tetap tinggi.

Iklan

"Bebannya tetap, peak cost-nya tetap, tapi pendapatan kami jauh menurun lantaran produksinya juga jauh menurun. Ditambah parah lagi nilai jual timah juga menurun sehingga pendapatan itu jomplang jauh sekali," kata Ahmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) berbareng Komisi VI DPR, Selasa, 2 April 2024.

Ia memaparkan bahwa pendapatan PT Timah turun 33 persen di tahun 2023 menjadi hanya Rp 8,39 triliun nan sebelumnya sebesar sempat menyentuh Rp 12,5 triliun pada tahun 2022. Sebelum ada kerugian perusahaan sebesar Rp 450 miliar itu, perusahaan sempat meraup untung hingga Rp 1,04 triliun.

Lebih lanjut, dia turut menyinggung soal sejumlah negara nan produksinya meningkat, seperti Malaysia.

Tak hanya itu, menurut dia rata-rata timah per metrik ton menurun sejak tahun 2021. Pada tahun 2021, nilai rata-rata timah mencapai US$ 32.169, turun menjadi US$ 31.474 pada 2022, dan kembali turun menjadi US$ 26.583 per metrik ton pada tahun 2023. "Penurunan produksi, nilai jual menurun itu lantaran di pasar bumi itu oversupply," ujarnya.

DESTY LUTHFIANI | SAVERO ARISTIA WIENANTO

Pilihan Editor: BPK Temukan Dugaan Penyimpangan Keuangan di PT Indofarma, BUMN Masih Bahas Pembayaran Gaji Karyawan

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis