Bank Sumut Bukukan Laba Rp 741 Miliar dan Aset Rp 45,4 Triliun sampai Desember 2024

Sedang Trending 8 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Medan - Bank Sumut terus bertumbuh di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi nan tetap tinggi. Bank Pembangunan Daerah (BPD) milik Provinsi Sumatera Utara ini, membukukan keahlian dengan pertumbuhan nan positif. 

Sampai Desember 2024, total aset nan dibukukan sebesar Rp 45,4 triliun, meningkat 2,38 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 44,4 triliun. Perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 2,61 persen menjadi Rp 35,9 triliun dari Rp 35 triliun di 2023.

Baca buletin dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama Bank Sumut Babay Parid Wazdi dalam pemaparan keahlian finansial Triwulan 4 Tahun Buku 2024 mengatakan, naiknya DPK dipicu tabungan nan tumbuh 3,08 persen dan simpanan 10,58 persen. Peningkatan tabungan didorong oleh jasa digital seperti mobile banking. Ada juga program literasi finansial seperti lembaga pendidikan dan beberapa komunitas, serta inklusi finansial berupa pembukaan lima jaringan unit instansi baru. 

"Ada juga Sumut Link nan menjadi pilar utama jasa perbankan digital untuk menjangkau seluruh wilayah Sumatera Utara. Harapannya Bank Sumut menjadi pemasok pembangunan daerah," kata Babay, Jumat, 8 Februari 2025.

Dari aspek intermediasi, total angsuran alias pembiayaan meningkat menjadi Rp 31,9 triliun, tumbuh 9,00 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 29,4 triliun. Didukung kualitas aset nan terus membaik dari tahun ke tahun. Rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 2,19 persen alias mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,38 persen.

"Bank Sumut juga mendukung segmen UMKM khususnya Kredit Usaha Rakyat (KUR). Total KUR nan disalurkan sejak 2016 sampai sekarang mencapai Rp 6,6 triliun," sebut Babay.

Perolehan untung bersih sukses dibukukan sebesar Rp 741 miliar. Hal ini tidak lepas dari pengelolaan pendanaan secara optimal baik dari DPK maupun sumber pendanaan lain di tengah kondisi suku kembang pasar nan relatif tinggi. Begitu juga dengan pencapaian rasio-rasio keuangan, krusial dijaga sesuai patokan regulator maupun benchmark industri perbankan.

Masih di periode nan sama, Bank Sumut menunjukkan pertumbuhan pada Unit Usaha Syariah (UUS) dengan pertumbuhan aset sebesar 19,39 persen menjadi Rp 4,7 triliun di 2024, dari Rp 3,9 triliun di 2023. DPK nan dikelola UUS menunjukkan peningkatan 10 persen dari Rp 2,7 triliun di 2023 menjadi Rp 3 triliun pada 2024.

"Realisasi pembiayaan USS Bank Sumut meningkat dari Rp 2,6 triliun pada 2023 menjadi Rp 2,9 triliun di 2024 alias tumbuh sebesar 9,66 persen dari tahun sebelumnya," ujar Babay.

Dari sisi laba, USS pada Desember 2024 mencapai 96,3 miliar alias tumbuh 88,27 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 46,6 miliar. Pertumbuhan untung di 2024 menjadi pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Untuk meningkatkan jasa syariah, Bank Sumut menerapkan strategi Dual Banking Leverage Model (DBLM) di seluruh unit instansi konvesional. Masyarakat nan menginginkan jasa syariah juga dapat mengunjungi unit konvensional.

"Ini langkah penetrasi pasar syariah menjadi lebih luas, sekaligus meningkatkan aset Bank Sumut secara konsolidasi," sambungnya.

Untuk mendukung pertumbuhan dan peningkatan market share ke depan, Bank Sumut konsentrasi pada lima sektor prioritas ialah pemerintahan, pendidikan, kesehatan, pertanian dan desa. Menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian wilayah di Sumut. 

Transformasi digital juga terus dijalankan seiring dengan tuntutan perkembangan teknologi nan pesat. Bank Sumut bakal meluncurkan mobile banking apps nan lebih modern dan berencana mengembangkan beragam solusi teknologi nan bakal meningkatkan efisiensi, produktivitas dan daya saing.

Bertahan di tengah badai
 
Menanggapi paparan Babay, ahli ekonomi Sumut Gunawan Benjamin menilai keahlian Bank Sumut tetap dalam kondisi nan cukup solid. Mampu melewati sejumlah tantangan berat ekonomi dimulai pandemi Covid-19 di awal 2020. Kebangkrutan sejumlah bank alias nan krisis perbankan di Amerika Serikat pada 2023.

Menurutnya, Bank Sumut punya modal besar untuk melewati 2025. Namun tantangannya juga tidak kalah besar seperti tensi geo politik dan geo ekonomi (perang dagang) nan memburuk. Perlambatan ekonomi global, kebijakan moneter bank sentral di bumi maupun Bank Indonesia nan condong ketat. Penghematan anggaran pemerintah nan bakal menahan pertumbuhan ekonomi, pelemahan mata duit Rupiah serta sejumlah rumor negatif lain, baik dari sektor finansial maupun ekonomi secara keseluruhan.

"Laba di 2024 naik tipis dibandingkan 2023. Capaian ini tetap lebih tinggi dari rata-rata BPD nan mengalami koreksi 6,81 persen. Bank Sumut tetap lebih baik, jangan berpuas diri. Kinerja finansial kudu terus diperbaiki meski kondisi ekonomi kian sulit," kata Gunawan.

Mendorong keahlian finansial Bank Sumut penting, tetapi peran Bank Sumut terhadap pembangunan wilayah jauh lebih penting. Di tengah tekanan ekonomi nan kian memburuk, kearifan pemegang saham dalam perihal ini pemerintah wilayah dibutuhkan. "Kalau dilihat dari sisi permodalan, Bank Sumut bakal lebih handal jika pemerintah wilayah menambah modal," ujarnya.

Bentuknya bisa private placement untuk mendukung aktivitas operasional sehingga proses intermediasi dapat dimaksimalkan. Paling krusial percepatan capaian keahlian kudu dilakukan dengan langkah berhati-hati. "Kinerja finansial kudu membaik, namun memperkuat di tengah angin besar jauh lebih krusial untuk saat ini," kata Gunawan lagi.

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis