TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) resmi meneken perjanjian jual beli sebanyak 30 ton logam emas pada Kamis, 7 November 2024. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir nan turut menghadiri aktivitas penandatanganan nan digelar di salah satu hotel di area Menteng, Jakarta Pusat tersebut menyatakan, kerja sama itu bisa menghemat devisa negara hingga nyaris Rp 200 triliun.
"Antam selama ini beli bahan bakunya impor ya, dengan sekarang ada Freeport punya smelter nan bisa produksi sampai 50 ton, kelak dibeli 30 ton (oleh Antam), itu penghematannya nyaris Rp 200 triliun. Itu besar sekali," tutur Erick Thohir.
Erick Thohir menyatakan sinergi anak-anak perusahaan Mining Industry Indonesia (MIND ID) tersebut mendukung kebijakan hilirisasi, nan menurut pandangannya, merupakan salah satu opsi nan tidak dapat ditawar. Ia apalagi menyatakan hilirisasi nan selama ini digaungkan oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai tembok dari ekonomi nasional.
Lebih lanjut, Erick Thohir berambisi sinergi tersebut dapat merambah hingga perusahaan-perusahaan pendanaan seperti bank-bank milik BUMN untuk menghadirkan tabungan emas. "Saya minta kelak juga coba bersinergi dengan Pegadaian, BRI, BSI, agar kita punya bullion bank (tempat penyimpanan emas). Bagaimana pasar logam ini juga kita menjadi bagiannya," katanya.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso berambisi kerja sama tersebut dapat menjadi proyek percontohan nan dapat diikuti oleh anak upaya lain di bawah perusahaan nan dia pimpin. Dia mendorong adanya kerjasama serupa nan dilakukan anak upaya di bawah holding tambang MIND ID. “Dan bakal kami jadikan model ke depan gimana satu siklus industri itu bisa kami lakukan di dalam negeri dan oleh bangsa sendiri," ucapnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan, Precious Metal Refinery (PMR) nan berada di Gresik, Jawa Timur bisa memproduksi emas batangan mulai minggu kedua Desember 2024 sebesar 50 hingga 60 ton per tahun. Adapun, nilai 30 ton nan bakal disuplai perusahaannya kepada Antam mempunyai nilai US$ 12,5 miliar alias setara dengan Rp 195,84 triliun, nyaris menyentuh Rp 200 triliun.
Di dalam paparannya, Tony menyatakan siap menyediakan suplai di atas jumlah nan tertera dalam perjanjian lima tahun tersebut andaikan Antam memang membutuhkan. “Ruang lingkupnya adalah kira-kira sekitar 30 ton nan bakal di-off take oleh Antam, jika memang Antam butuh lebih, kami juga siap Pak, lebih dari 30 ton juga siap,” kata dia.