IKA Undip Desak Kematian Dokter Aulia Korban Bullying Diusut Tuntas

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (DPP IKA UNDIP) meminta agar dugaan perundungan alias bullying sebagai salah satu aspek di kembali kasus meninggalnya master Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS anestesi Undip diusut tuntas.

"Kami mendesak agar semua bukti dan info nan relevan, termasuk kitab catatan harian dan voicenote almarhum diperiksa secara mendalam untuk memastikan tidak ada aspek nan terlewat," kata DPP IKA UNDIP dalam keterangannya, Rabu (28/8).

DPP IKA UNDIP juga meminta agar penegakan norma dilakukan secara setara dan transparan. Harapannya, kasus ini bisa dijadikan sebagai pembelajaran dan pencegahan agar peristiwa serupa tak kembali terulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami meminta agar pihak universitas dan penegak norma memberikan info nan terbuka dan transparan kepada publik mengenai kasus ini," ujarnya.

Selain itu, DPP IKA UNDIP juga menyatakan mendukung program nan mendorong lingkungan belajar nan sehat, aman, serta mendukung perkembangan mental dan akademis mahasiswa.

"Kami menegaskan komitmen DPP Ikatan Alumni Undip untuk terus bekerja sama dengan universitas dalam menciptakan lingkungan akademik nan berintegritas, bebas dari kekerasan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan," tuturnya.

Sebelumnya, mahasiswi PPDS prodi anestesi Undip, Aulia Risma, meninggal bumi lantaran diduga bunuh diri. Belakangan diduga salah satu faktornya adalah tak kuat menahan beban mental perundungan senior di lingkungan akademis itu.

Hal ini diperkuat dengan apa nan ditulis dalam kitab hariannya.

Sementara itu berasas hasil visum, tim interogator Polrestabes Semarang menduga kuat kematian Aulia Risma mengenai dengan obat suntikan nan dimasukkan korban ke tubuhnya sendiri.

Dari hasil visum luar, Polisi mendapati luka jejak suntikan di punggung tangan kiri korban serta korban dinyatakan meninggal lemas.

Sedangkan dari hasil olah TKP, didapati sisa cairan obat melemaskan otot di perangkat suntik serta kitab harian korban nan berisi korban menderita penyakit punggung alias saraf kejepit.

"Jadi jika dari visum luar, didapati ada luka jejak suntikan di punggung tangan kiri korban. Terus di TKP bilik kos korban, ada sisa obat suntik nan dipakai korban. Obat itu jenisnya untuk melemahkan alias meregangkan otot," kata Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar di kantornya, Sabtu (17/8).

Dia pun mengonfirmasi soal temuan kitab harian, namun Irwan menyebut mengenai dugaan perundungan menjadi salah satu aspek itu belum ditemukan bukti menjurus.

"Sampai saat ini belum ada ke arah itu. Butuh saksi dan perangkat bukti. Kalau memang ada bully-an dan perundungan pasti bakal langsung kita proses hukum," ujarnya.

Sementara itu, Rektor Undip Suharnomo beberapa waktu lampau mengatakan pihaknya memastikan bakal menjatuhkan hukuman terhadap terduga pelaku perundungan (bullying) di kembali kematian mahasiswi PPDS anestesi FK Undip di RSUP Kariadi itu.

Namun, katanya, sejauh ini dari hasil investigasi internal pihaknya tak menemukan dugaan perundungan nan menjadi aspek dugaan bunuh diri tersebut.

Pihaknya pun tetap menyerahkan dugaan perundungan itu ke pihak berkuasa dari Kemenkes hingga kepolisian.

Dia meyakinkan pihaknya tak menutup-tutupi sesuatu dalam kasus ini. Undip juga disebut telah berkomitmen untuk antiperundungan. Dan, sambungnya, jika perundungan itu bisa dibuktikan, pelakunya bakal dikeluarkan.

Disclaimer Kesehatan Mental - rev1

(dis/kid)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional