Kasus Dugaan Perundungan di PPDS Undip Berujung Bunuh Diri, Menkes Budi Gunadi: Sudah Gamblang

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan serius mendorong kasus dugaan perundungan di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, nan disebut-sebut jadi penyebab seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bunuh diri, untuk diproses secara hukum.

Dokter Aulia merupakan mahasiswi PPDS Anestesi FK Undip nan meninggal pada malam 12 Agustus 2024 di bilik kosnya, Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang. Ia meninggal diduga lantaran bunuh diri akibat bullying. Dugaan tersebut ramai dibicarakan di media sosial X.

"Bagaimana kasus bulliying itu kelak berangkaian rumor hukum, saya serius, saya betul-betul bakal sorong ke ranah norma biar ada balasan maksimal bagi nan melakukannya, biar ada pengaruh jeranya," kata Budi Gunadi di Kompleks Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu, 28 Agustus 2024.

Tanpa ada proses norma terhadap kasus semacam itu, menurut Budi, perundungan dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis bakal susah diatasi. "Kalau tidak, ya pejabat petingginya saja enggak mau menerima gitu, ya gimana ini bisa diperbaiki sistemnya," kata dia.

Kendati belum menjawab secara gamblang mengenai hasil investigasi kasus dugaan perundungan itu, Budi menyatakan mengetahui apa nan terjadi dalam kasus itu. "Yang saya lihat sudah jelas sekali dari 'whatsapp' (WA)-nya," kata dia.

Budi mengaku mengantongi banyak info setelah berjumpa langsung dengan family mendiang Aulia Risma Lestari, mahasiswa PPDS Undip nan meninggal, di Tegal, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

"Bukan hanya diary-nya, tapi chat dengan bapaknya, ibunya, adiknya, dan tantenya, semuanya sudah saya kantongi. Jadi, jika saya pribadi, saya sudah tahu lah apa nan terjadi. Saya sudah sangat tahu apa nan terjadi," ucap Budi.

Menurut Budi, hasil investigasi internal dari Kemenkes mengenai kasus itu telah diserahkan ke kepolisian.

Tim investigasi Kemenkes, katanya, telah mendapatkan sejumlah arsip nan berasosiasi dengan kasus itu mulai dari riwayat percakapan Whatsapp (WA), catatan, hingga rekaman.

"Itu kan para peserta PPDS itu dipanggil juga kan, kemudian diarahkan alias bahasanya diintimidasi kan, kudu begini, kudu begini, kudu begini, dapat juga kita rekamannya. Itu sudah ada semua. sudah gamblang," ujar dia.

Menurut Budi, menghilangkan sama sekali praktik perundungan di PPDS merupakan mimpinya nan kudu terwujud setelah upayanya menyelamatkan ayah mendiang Aulia Risma Lestari tidak berhasil.

Ayah dari master Aulia wafat setelah menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, Selasa, sekitar pukul 01.00 WIB.

Menurut Budi, dirinyalah nan telah mengarahkan agar ayahanda mendiang master Aulia dirujuk di RSUP dr Cipto Mangunkusumo Jakarta sehingga mendapatkan perawatan lebih baik.

Iklan

Hal itu dilakukan Budi saat mengunjungi family Aulia di Tegal nan lantas mengetahui bahwa kondisi kesehatan ayah mendiang master Aulia memprihatinkan.

"Yang saya kudu lakukan nomor satu mencoba menyelamatkan bapaknya semaksimal mungkin, agar bisa mengurangi derita dan tekanan family tapi tidak berhasil. Seenggaknya mudah-mudahan tuh mimpi saya nan kedua bisa sukses menghilangkan praktik bullying yang sangat tidak manusiawi ini dalam pendidikan master ahli di kita secepat mungkin," ujar Budi.

Sebelumnya, di Jakarta, Senin, 26 Agustus 2024, Budi Gunadi Sadikin menyatakan bakal mengumumkan hasil investigasi mengenai kasus dugaan perundungan di Undip, Semarang, nan berujung pada bunuh diri seorang mahasiswi PPDS pada minggu ini.

Reaksi FK Undip

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro menyatakan menunggu hasil investigasi karena kematian mahasiswinya, Aulia Risma Lestari, dari Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek, serta kepolisian. Aulia diduga mengakhiri hidupnya setelah mendapat bullying saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi. 

"Kami terbuka jika Itjen maupun kepolisian menemukan kesalahan (bullying) dengan bukti nan kuat, maka kami pun bakal juga bertindak nan sama memberikan hukuman nan berat sesuai perundangan nan berlaku," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Undip, Yan Wisnu Prajoko, pada Jumat, 23 Agustus 2024.

Hanya, Yan menambahkan, berasas investigasi internal Undip, Aulia meninggal bukan lantaran perundungan. Korban disebut mempunyai riwayat penyakit nan telah lama. Yan menambahkan, selama menempuh pendidikan di Undip korban juga beberapa kali izin lantaran sakit. 

"Mohon maaf kami tidak dapat mengungkapkan info dan kebenaran medis dari almarhumah lantaran perihal ini berkarakter confidential tapi kami siap bekerja-sama dengan pihak berwenang," ujar dia.

Jangan remehkan depresi. Untuk support krisis psikologis alias tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, bisa menghubungi : Yayasan Pulih (021) 78842580

Pilihan Editor Sang Pisang Sepi, nan Ayam Kaesang juga Ditinggal Pembeli

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis