TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS menaikan ongkos produksi hingga tiga persen. Pasalnya, kata Adhi, sebagian besar bahan baku dan ingredients produk pangan di Indonesia tetap diimpor.
"Saya pernah hitung, jika kita ambil bahan baku nan besar aja, misalnya, gula, garam, kedelai, jagung, saya hitung ketika itu kita impor setahun itu US$9 miliar. Kalau dikali seribu, itu 9 triliun. Itu cukup besar kenaikannya," kata Adhi saat ditemui di Artotel Senayan, Jakarta, Senin, 22 Juli 2024.
Menurut Adhi, pelemahan rupiah sangat berakibat kepada produsen produk makanan nan tetap berskala mini dan menengah. Dia mengatakan, produsen dari UMKM tidak bisa menyetok bahan baku dalam jumlah besar, sehingga kudu mengeluarkan biaya mengikuti kenaikan nilai pangan nan diimpor.
"Bagi produsen berskala UKM rata-rata membeli stok itu ada harian dan mingguan. Kalau kurs terus naik, otomatis nilai bahan baku juga naik. Mereka pasti tidak kuat dan strateginya ada nan mengurangi ukuran jual," katanya.
Adhi mengatakan bagi industri besar, akibat dari pelemahan rupiah bisa diminimalisir lantaran bisa menyetok ingredients dan bahan baku dalam jumlah besar. "Perusahaan besar biasanya punya kekuatan stok nan cukup hingga tiga bulan," kata dia.
Iklan
Adhi menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah juga menambah biaya logistik. Dia mengatakan banyak produsen nan mengeluh lantaran mahalnya biaya logistik dalam beberapa bulan terakhir. Untuk mengakalinya, para produsen menyetok ingredients makanan dalam jumlah besar.
Dia mengatakan, dalam produksi produk makanan, ingredients seperti pengawet, dan unsur lainnya tetap 100 persen impor. "Biaya logistik itu cukup berat lantaran beberapa negara naik tiga kali lipat dan susah mendapatkan kontainer. Secara otomatis industri itu kudu menambah inventroinya. Kalau dulu cukup stok dua minggu, sekarang kudu satu bulan, apalagi ada nan menyetok ingredients hingga dua bulan stok," katanya.
Adhi berambisi agar pemerintah bisa mengendalikan nilai tukar rupiah agar tidak melampaui Rp 16.500 per US dollar. "Jika melampaui nomor itu, dampaknya bakal sangat besar terhadap produksi produk pangan dalam negeri," ujarnya.
Pilihan Editor: Sandiaga Janji Tiket Pesawat bakal Turun sebelum Pemerintahan Jokowi Digantikan Prabowo