Rencana Muhammadiyah Masuk BTN Syariah Disambut Positif

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

INFO BISNIS – Rencana Muhammadiyah untuk ikut membesarkan BTN Syariah melalui pengendalian berbareng disambut baik sejumlah pengamat. Tak hanya meningkatkan kapabilitas dan kapabilitas BTN Syariah, juga memberikan akibat signifikan kepada industri finansial syariah di negeri ini.

Dengan kerjasama tersebut, BTN Syariah nantinya mempunyai akses biaya murah nan melimpah dan potensi pembiayaan ke ekosistem Amal Usaha Muhammadiyah. Sementara Muhammadiyah mendapatkan kesempatan terbaik untuk kembali ke industri perbankan syariah, meneruskan visi besar para pendiri dalam memajukan dan memberdayakan ekonomi umat.   

“Jadi alias tidaknya kemitraan strategis itu hanya Muhammadiyah dan BTN yang tahu,” kata Direktur Komite Nasional Keuangan Ekonomi Syariah (KNKES) Sutan Emir Hidayat. Dia mengaku hanya bisa mendoakan nan terbaik.

“Karena andaikan mereka berasosiasi dalam sebuah kepemilikan bank syariah, dampaknya ke industri bakal signifikan,” ujar Emir. Menurut dia, kebersamaan BTN dan Muhammadiyah bisa menjadi sparring partner nan handal bagi Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk berbareng sama memajukan ekonomi syariah.

Emir menjelaskan salah satu tantangan utama industri finansial syariah saat ini adalah permodalan dan kapabilitas pembiayaan. Untuk itu dibutuhkan banyak pemain baru dengan skala aset nan jauh lebih besar sehingga dapat mendorong percepatan pertumbuhan industri.

“Kami setuju dengan pengarahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa pemain baru dengan skala lebih besar kudu terus dimunculkan demi industri finansial syariah nan lebih sehat, lebih kuat dan dapat tumbuh secara berkelanjutan. Pada titik ini, kami memandang rencana Muhammadiyah di BTN Syariah menjadi relevan,” kata Emir.

Munculnya pemain baru dengan skala aset nan lebih besar, maka gap antara industri finansial konvensional dan syariah bisa terus diperkecil. “Konsolidasi itu merupakan perihal positif lantaran menghasilkan bank nan kuat secara permodalan dan esensial nan kokoh untuk ikut menopang pertumbuhan industri perbankan syariah,” kata Emir Hidayat 

Direktur Segara Research Institute Piter Abdullah menuturkan, aspek kepemilikan saham menjadi krusial lantaran mengenai voting rights, dan penempatan personel di jejeran dewan maupun komisaris. Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah tentu mau menempatkan kadernya di kepengurusan bank untuk memastikan bahwa visi misi besar para pendirinya dalam mensejahterakan dan memajukan ekonomi warganya berasas prinsip syariah, dapat terwujud.

“Mereka belajar dari kemitraan dengan bank syariah sebelumnya bahwa tanpa ikut menjadi pemegang saham pengendali, mimpi besar itu susah terealisasi. Pengendalian berbareng menjadi pilihan paling logis daripada menjalankan sendiri,” kata Piter nan juga aktif sebagai personil Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI).

Muhammadiyah sebelumnya mempunyai bank syariah ialah Bank Persyarikatan. Akibat salah urus dan kesulitan modal, bank ini akhirnya dilepas ke penanammodal strategis lain dan sekarang dikenal sebagai KB Syariah (Bukopin Syariah).

“Meski pernah punya pengalaman pahit di masa lampau, Muhammadiyah tetap punya kemauan mempunyai bank syariah sendiri. Tapi, belajar dari masa lalu, mereka sekarang memerlukan mitra strategis nan disokong permodalan kuat dan berilmu dalam penerapan manajemen risiko. Syarat ideal ini hanya bisa dipenuhi oleh Institusi Finansial, terutama bank,” katanya.     

Gelagat Muhammadiyah dan BTN mulai terendus ketika keduanya mengadakan pertemuan di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Pada aktivitas penandatangan MoU kerjasama, petinggi kedua lembaga ini saling memberikan pujian.

Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu mengapresiasi peran historis lembaga alias kebaikan upaya Muhammadiyah dalam menggerakkan ekonomi, mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan penduduk nya. “Muhammadiyah terbukti memainkan peran sangat krusial dalam penerapan prinsip ekonomi syariah di negeri ini. Muhammadiyah melalui lembaga kebaikan dan ekosistem ekonominya juga terus berupaya mengikis kesenjangan sosial. Kami mengagumi konsistensi mereka,” kata Nixon.

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir meletakkan angan besar kepada lembaga finansial untuk mengimplementasikan Teologi Al Maun sebagaimana digagas Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, nan terus diamalkan oleh puluhan juta pengikutnya hingga saat ini.

Teologi nan berasal dari Surah Alquran ke 107 inilah nan menjadi salah satu filosofi Muhammadiyah dalam menjalankan amaliyah nya sebagai lembaga kemasyarakatan. “Ekonomi dan finansial syariah dalam teologi al-Maun kudu bisa datang secara nyata dan makin baik untuk mengangkat harkat, martabat, dan kemajuan UMKM dan memecahkan masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, dan problem-problem ekonomi nan sehari-hari dihadapi umat dan masyarakat luas,” ujar dia. (*)

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis