Yogyakarta, CNN Indonesia --
Ribuan santri dari beragam pondok pesantren (ponpes) mengepung Markas Polda DIY, Sleman, Selasa (29/10).
Mereka mengecam peredaran minuman keras beralkohol di Yogyakarta dan menuntut kasus penusukan di Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta diusut tuntas.
Miras ini menjadi salah satu pemicu kasus penusukan dan penganiayaan terhadap dua santri nan terjadi Rabu (23/10) malam lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para santri terpantau mulai tiba menggunakan pikulan bus sejak pukul 08.30 WIB. Para santri dari ponpes di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Sleman, Gunungkidul, Kulon Progo terus berdatangan hingga pukul 10.00 WIB.
Beberapa nama ponpes nan digaungkan macam Assalafiyah Mlangi, Al Imdad Bantul, Al Munawwir Krapyak dan tetap banyak lagi.
Selain para santri, ada pula rombongan mahasiswa, Banser, Pagar Nusa, Fatayat, Ansor, dan pejabat PWNU DIY lain sebagainya. Kedatangan mereka sempat membikin arus lampau lintas di ringroad sekitar Mapolda DIY padat hingga kudu dilakukan pengaturan.
Sesampainya di Mapolda, para santri memasang spanduk dan mengangkat tinggi-tinggi poster nan menuntut pengusutan kasus penusukan, serta penolakan terhadap peredaran miras.
Beberapa tulisan poster itu yakni "Miras Diteguk, Santri Ditusuk - Jogja Darurat Miras", "Usut tuntas kasus penusukan, santri tolak miras!", "Jogja Waras Tanpa Miras", hingga "MU rusak lantaran Onana, adab rusak lantaran Vodka".
Selain tindakan unjuk rasa, massa peserta tindakan juga menggelar istigasah alias angan berbareng di laman depan Mapolda DIY.
Ketua GP Ansor DIY, Abdul Muiz menyatakan bahwa tindakan kali ini adalah corak keresahan para santri atas peredaran miras nan kerap memicu beragam tindak kriminal, termasuk penusukan dan penganiayaan di Brontokusuman tempo hari.
"Tidak ada tempat bagi kekerasan di masyarakat dan kami tidak bakal tinggal tak bersuara hingga semua pelaku menerima balasan nan setimpal. Kami tegaskan, jangan sampai hilangnya kepercayaan pada aparatur negara memaksa kami untuk bertindak sendiri di luar koridor hukum," kata Muiz.
Merespons tindakan ini, Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan mengatakan kepolisian telah menangkap tujuh orang terduga pelaku dalam kasus penganiayaan dan penusukan santri ini.
"Sudah melakukan penangkapan berbareng dengan masyarakat dua orang, lampau berkembang bertambah menjadi tiga orang, lampau dari lima orang ini kami dapat siapa nan mengumpulkan mereka tadi malam tertangkap jam 18.00 dan nan lebih alhamdulillah, pelaku nan melakukan penusukannya tertangkap tadi malam jam 23.00," kata Suwondo.
Suwondo pun memastikan kepolisian bakal segera merilis kasus ini sore nanti. Pihaknya berkomitmen untuk terus menjaga keamanan masyarakat ke depannya.
"Kejadian kemarin sungguh mengagetkan kami, dan saya menyampaikan rasa simpati dan emosi menyesal atas peristiwa itu dan saya menyatakan tanggungjawab atas peristiwa tersebut," ujarnya.
Berdasarkan catatan CNNIndonesia.com dari hasil keterangan jejeran Polresta Yogyakarta, kasus ini terjadi di Jalan Parangtritis, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Rabu (25/10).
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 21.25 WIB. Saat itu, terdapat rombongan remaja nan berjumlah sekitar 25 orang nan tengah nongkrong di salah satu kafe dekat letak kejadian sembari menenggak miras.
Selanjutnya, dari arah rombongan remaja itu ada nan melempar gelas ke jalan. Beberapa orang dari rombongan lampau menyeberang dan menusuk salah seorang santri nan sedang membeli sate. Satu orang santri lain sementara jadi sasaran pemukulan rombongan ini.
Seusai kejadian penusukan ini, rombongan tersebut bersama-sama meninggalkan letak ke arah Pojok Benteng.
(kum/fra)
[Gambas:Video CNN]