TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Ahli Boga DKI Jakarta M Ibnu Sina mengatakan roti Aoka dan Okko nan disebut bisa awet, tidak jamuran, hingga enam bulan adalah perihal nan tidak wajar. Menurut dia, belum ada roti nan bisa memperkuat hingga enam bulan jika menggunakan bahan dan proses nan wajar.
Alasannya, ingredient roti, termasuk roti Aoka dan Okko, pasti mengandung ragi. Makanan nan mengandung unsur ragi umumnya tidak bisa memperkuat lama. Umumnya roti sejenis ini hanya bisa memperkuat selama dua minggu saja. "Bisa memperkuat sampai enam bulan sangat tidak wajar," kata Ibnu kepada Tempo, Selasa, 23 Juli 2024.
Ibnu menjelaskan, ragi mengandung kuman nan memicu pertumbuhan jamur pada roti. Apalagi di negara seperti Indonesia nan beriklim tropis, roti nan menggunakan ragi semakin mudah berjamur.
Lebih lanjut, Ibnu mengatakan, roti Aoka dan Okko nan bertekstur basah alias lembab dan manis bakal semakin tidak wajar jika bisa memperkuat sampai berbulan-bulan. Meski dikemas menggunakan udara nitrogen di dalam kemasan, perihal itu tidak bakal menambah masa ketahanan sebuah roti.
"Roti pada umumnya itu paling lama memperkuat dua minggu. Seperti roti-roti nan sudah beredar di pasaran seperti sari roti dan lain-lain," katanya.
Ibnu mengatakan, ketika roti sudah mendekati usia dua minggu sejak diproduksi, tekstur dan warnanya bakal mulai berubah. Dari segi rasa pun bakal sedikit lebih pahit. Penjamuran dan perubahan tekstur pada roti merupakan perihal nan wajar. "Walaupun pakai pengawet, roti hanya bisa memperkuat hingga dua minggu," Ibnu menegaskan.
Ibnu menambahkan Ikatan Ahli Boga baru mengenal unsur sodium dehydroacetate nan ditemukan dalam roti jenama Aoka dan Okko. Dia menuturkan, produsen roti selama ini menggunakan kalsium propionat.
"Untuk pengawet sodium dehydroacetate ini saya baru dengar. Teman-teman nan berkecimpung di industri makanan juga tidak mengenal unsur pengawet ini," kata Ibnu.
Kemudian Ibnu mengatakan pada bungkusan roti Aoka terdapat pemberitahuan unik bahwa produk tersebut mengandung alergen. Dia mengatakan alergen bisa memicu gangguan pencernaan jika mengkonsumsinya dalam jumlah berlebih.
"Karena memakai unsur pengawet nan belum dikenal, dan belum jelas apakah bahan pengawet tersebut sudah melalui uji klinis, maka diberi warning bahwa roti itu riskan bakal mengakibatkan akibat alergi bagi konsumen mempunyai alergi," katanya
Sebelumnya, Paguyuban Roti dan Mie Ayam Borneo alias Parimbo menyampaikan hasil uji laboratorium nan berbeda dari BPOM. Berdasarkan laporan Majalah Tempo, Ketua Parimbo Aftahuddin menjelaskan, pada awalnya dia menerima laporan dari personil Parimbo soal peredaran roti nan tahan lama dan tidak berjamur sama sekali, meski telah beberapa bulan melewati tanggal kadaluarsanya.
Karena penasaran, paguyuban kemudian mengupayakan uji laboratorium atas roti-roti itu. mereka mengirimkan sampel roti ke laboratorium milik SGS Indonesia – bagian dari SGS Group, perusahaan multinasional nan menyediakan jasa laboratorium verifikasi, pengujian, inspeksi, dan sertifikasi.
Iklan
Hasil pengetesan SGS mendapati sampel roti Aoka mengandung sodium dehydroacetate (dalam corak masam dehidroasetat) sebanyak 235 miligram per kilogram dan dan roti Okko mengandung unsur serupa sebanyak 345 milligram per kilogram.
Ihwal tes laboratorium, kepada Tempo, manajemen SGS Indonesia menyatakan mereka melayani jasa pengetesan natrium dehydroacetate dan natrium asetat dalam produk makanan. Jenis pengetesan tersebut masing-masing dilakukan dengan metode standar AOAC 983.16 dan LFOD-TST-SOP-8477 (Ref. EN 17294:2019). "Tes-tes ini relatif sigap dilakukan" demikian keterangan manajemen SGS Indonesia pada Kamis, 18 Juli 2024"
Berdasarkan laporan Majalah Tempo berjudul “Tanggapan BPOM Soal Roti Berbahan Pengawet Kosmetik,” Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Emma Setyawati memastikan hasil uji laboratorium BPOM tidak mendeteksi bahan pengawet rawan pada roti Okko dan Aoka. Bahkan, dia mengaku BPOM sudah melakukan pengetesan berbasis akibat nan berfaedah sudah beberapa kali dilakukan.
“Tidak terdeteksi (kandungan sodium dehydroacetate). Sudah kami uji beberapa kali, konfirmasi, lakukan lagi. Hasilnya tidak terdeteksi. Kami lakukan pengetesan berbasis risiko. Kalau saya sampaikan berbasis risiko, berfaedah sudah beberapa kali,” kata Emma kepada Tempo, Rabu, 17 Juli 2024
Sementara itu PT Abadi Rasa Food, produsen roti Okko, menanggapi berita tentang dugaan penggunaan bahan pengawet kosmetik, berjulukan unsur sodium dehydroacetate dalam produk rotinya. Jimmy membantah roti produksi perusahaan mereka mengandung unsur berbahaya.
Dia mengatakan roti buatan perusahaannya bisa memperkuat lama lantaran diproduksi dalam ruangan nan berstandar internasional dan steril seperti ruang operasi rumah sakit.
“Ruangan produksi dibuat berstandar internasional, steril seperti ruang operasi rumah sakit. Roti bisa tahan 60-90 hari lantaran proses produksi nan higienis dan kandungan bahan nan sudah ditetapkan sesuai dengan peraturan BPOM. Tempatnya kudu bersih sekali, tidak boleh ada kuman sama sekali, sesuai dengan Cara Produksi Pangan Olahan nan Baik (CPPOB). Kuncinya di pengemasan,” ucap Jimmy pada Selasa, 16 Juli 2024.
Menurut Jimmy, pengemasan roti Okko memakai mesin otomatis. Hal ini nan membedakan produksi roti Okko dan industri roti rumahan lain. “Pakai mesin otomatis. Kalau langkah manual enggak bisa. Cara ini berbeda dengan industri roti rumahan. Kemasannya juga kami pesan ke perusahaan nan berstandar ISO, kudu tahan tekanan 80 kilogram,” katanya.
Selengkapnya Baca: Penjelasan Produsen Roti Aoka dan Okko soal Bahan Pengawet Berbahaya
RADEN PUTRI | MAJALAH TEMPO
Pilihan Editor: Bahan Kosmetik Dalam Roti