TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menilai realisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) kudu memberikan kepastian pasar pada para peternak lokal, sehingga kejadian peternak susu sapi membuang hasil panennya tidak terulang kembali.
Sebelumnya ramai beredar di media massa tindakan seorang peternak lokal asal Pasuruan, Jawa Timur membuang susu hasil produksinya. Hal ini lantaran industri tidak lagi mau menggunakan susu nan diproduksi petani lokal.
Ratusan peternak sapi perah dan pengepul susu dari beragam wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, 9 November 2024, menggelar tindakan protes atas pembatasan kuota penjualan susu ke pabrik alias industri pengolahan susu (IPS). Sebagian susu dibagikan ke warga. Sebagian peternak ada juga nan melakukan tindakan mandi susu di sebuah mobil bak terbuka
"Adanya program Makan Bergizi Gratis ini harusnya jadi captive market (pasar khusus) para peternak susu lokal," kata Eliza kepada Tempo, Ahad, 10 November 2024. Captive market merupakan pasar di mana pemenuhan kebutuhan produk dikontrol oleh beberapa pemasok saja.
Eliza menjelaskan pemerintah bisa melibatkan perusahaan susu untuk menyuplai kebutuhan program Makan Bergizi Gratis dengan syarat, antara lain vendor Makan Bergizi Gratis kudu perushaaan nan berkolaborasi dengan peternak lokal. Hal ini bisa menjadi corak penghargaan alias reward pemerintah terhadap perusahaan yg sudah berkolaborasi dengan peternak lokal.
Terlebih, ketentuan kerja sama antara perusahaan pengolah susu dengan peternak susu lokal sudah diatur pemerintah sejak 2018. Regulasi itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 33/PERMENTAN/PK.450/7 Tahun 2018 Tentang Penyediaan dan Peredaran Susu.
Berdasarkan beleid itu, pelaku upaya nan mempunyai pengolahan susu alias nan bekerja sama dengan pelaku upaya nan mempunyai pengolahan susu, kudu berkolaborasi dengan peternak lokal. Namun, tutur Eliza, pelanggaran terus terjadi lantaran pemerintah tiak betul-betul mengawasi kemitraan ini.
Dengan skema tersebut, menurut Eliza, pemerintah dapat menyeimbangkan antara kepentingan perusahaan besar dan peternak lokal. "Jangan terlalu berat sebelah demi untung segelintir pihak," kata dia.
Selain itu, Eliza meyakini pelibatan peternak lokaldapat menggerakkan perekonomian lokal. Transfer pengetahuan juga bakal terjadi jika perusahaan besar menjalin kemitraan dengan peternak. Walhasil, peternak-peternak lokal bisa berkembang dan produksinya bisa meningkat.
Jika penyelenggaraan program nan diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto itu melibatkan peternak lokal, menurut Eliza, ini bakal menggerakkan perekonomian lokal. Jika perusahaan besar semuanya menjalin kemitraan dengan peternak, perihal itu juga bakal mendorong transfer pengetahuan sehingga peternak bisa berkembang.
"Ini memerlukan pendampingan dan insentif untuk perusahaan nan berkolaborasi dengan peternak lokal," tuturnya kepada Tempo, 10 November 2024.
Terlebih, produksi susu sapi di Indonesia tetap rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi susu segar dalam negeri pada 2023 hanya 837 ribu ton alias 19 persen dari kebutuhan nasional sebesar 4,4 juta ton. Sedangkan sisanya alias 81 persen dipenuhi dari impor. Impor susu dalam negeri pun terus meningkat.
Produksi susu segar dalam negeri hanya tumbuh rata-rata 1 persen dalam enam tahun terakhir. Pertumbuhan tersebut tidak sebanding dengan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu nan tumbuh rata-rata 5,3 persen.