TEMPO.CO, Bali -Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, adanya tambahan biaya untuk masuk ke bursa minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO), membikin perusahaan dan konsumen enggan bertransaksi jual beli CPO melalui bursa. Selama ini, kata dia, transaksi jual beli CPO di Indonesia tetap terbiasa menggunakan metode business to business (B2B).
“Dengan metode B2B banyak perusahaan mendapat duit muka terlebih dulu dari pembeli, apalagi ada nan sampai 100 persen,” ujarnya saat ditemui dalam aktivitas Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024), Kamis, 7 November 2024.
Oleh lantaran itu, Eddy mengusulkan kepada pihak pengelola bursa memberikan insentif kepada perusahaan dan konsumen nan mau melakukan transaksi lewat bursa CPO. Hal ini, kata dia, agar makin banyak pihak nan lebih tertarik untuk melakukan transaksi jual beli CPO melalui bursa sawit.
Namun, Eddy menyebut, rencana tersebut belum bisa direalisasikan karena belum menemukan titik jumpa nan pas. “Soal insentif ini nan belum ketemu,” kata dia. Lebih lanjut, Eddy menuturkan, saat ini telah ada 40 perusahaan nan berasosiasi dalam bursa CPO nasional.
Namun Eddy percaya bursa CPO nasional bisa segera sejajar dengan bursa-bursa sawit negara lain. Dia memberikan contoh, bursa sawit di Malaysia dan Rotterdam nan telah eksis bertahun-tahun sebelumnya. “Karena bursa sawit di Indonesia tetap relatif baru, tetap satu tahun kan,” ucapnya.
Adapun, pemerintah meresmikan bursa CPO ini pada Jumat, 13 Oktober 2023 lalu. Melansir dari Koran Tempo jenis 20 Februari 2024, Saat meluncurkan bursa CPO pada tahun lalu, pemerintah punya mimpi menjadikan Indonesia sebagai kiblat nilai bumi seperti laiknya bursa Malaysia dan Rotterdam. Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) kala itu, Didid Noordiatmoko, optimistis nilai referensi bisa terbentuk dalam waktu kurang dari separuh tahun. "Kami berambisi pada triwulan I 2024 sudah bisa mewujudkan nilai referensi," tuturnya dalam aktivitas peresmian Bursa CPO Indonesia pada 13 Oktober 2023.
Vindry Florentin berkontribusi dalam tulisan ini.