Zulhas Sebut Banyak Importir Mengakali Dokumen Importasi: Tulis Seribu, Masuk 100 Ribu

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, banyak importir mengakali arsip importasi untuk memasukkan peralatan dalam jumlah besar. Praktik ini menurut Zulhas biasa dilakukan untuk mengakali jenis maupun volume peralatan nan mereka impor.

“Misalnya (dokumen) impornya A, isinya B. (Dokumen) impornya jumlahnya A, isinya A plus. Jadi sebetulnya enggak mungkin ilegal, lantaran dia melalui jalur,” ujar politikus PAN ini saat ditemui Tempo di kantornya di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat, Senin, 23 September 2024.

Zulhas mengatakan, pemalsuan info arsip impor tak sesuai dengan peralatan sebenarnya menjadi modus nan paling sering dia temukan. Satgas pengawasan peralatan impor terlarangan acapkali menemukan barang-barang impor nan masuk dengan modus ini. Karena tetap melalui prosedur, Zulhas menyebutnya “impor legal tapi ilegal”. “Memang banyak nan perlu dibenahi,” ucapnya.

Zulhas mengatakan, tetap banyak gerai menjual kaos secara grosir dengan nilai Rp 100 ribu untuk tiga potong. Sebab, bea masuknya mencapai Rp 60 ribu. Namun, kejadian itu tetap terjadi lantaran banyak importir nan memanipulasi arsip importasi mereka. “(Dokumen) impornya seribu, masuknya 100 ribu. nan dibayar hanya seribu. nan sisanya enggak bayar. Maka dia bisa jual murah. Kita gimana enggak mati,” katanya.

Iklan

Modus lain nan biasa digunakan importir adalah dengan menggunakan penyimpanan penyimpanan alias warehouse. Di sini, importir kebanyakan justru merupakan penduduk negara asing (WNA). Setelah masuk Indonesia, barang-barang impor itu langsung mereka jual secara online. Di setiap provinsi, Zulhas mengatakan ada puluhan warehouse. Di Jakarta, mereka bermarkas di Mangga Dua dan Tanah Abang.

Menurut Zulhas, barang-barang impor itu terutama berasal dari Cina. Di Negeri Tirai Bambu itu, para produsen terus memproduksi barang-barang jadi dalam jumlah besar. Produksi besar-besaran itu tetap berjalan sekalipun jumlah permintaan berkurang. Akhirnya, banyak barang-barang nan tidak laku masuk ke pasar Indonesia. "Bikin terus pokoknya. Kalau peralatan itu enggak laku, ditumpuk aja di gudang-gudang," katanya.

Pilihan editor: Jokowi Ungkit RI Ekspor Bahan Mentah sejak Zaman VOC: Hilirisasi Pasti Diganggu

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis