TEMPO.CO, Jakarta - Dua WNI ada di antara penumpang Singapore Airlines, nan mengalami turbulensi parah hingga menewaskan satu penumpang dan mencederai 30 lainnya, Selasa, 21 Mei 2024.
Kantor buletin AP menyebutkan, para penumpang berasal dari Australia 56 orang, Kanada (2), Jerman (1), India (3), Indonesia (2), Islandia (1), Irlandia (4), Israel (1), Malaysia (16), Myanmar (2), Selandia Baru (23), Filipina (5), Singapura (41) Korea Selatan (1), Spanyol (2), Inggris (47) dan AS (4). Seluruh penumpang berjumlah 222 orang. Saat ini 143 sudah pulang ke negara masing-masing, sedangkan 79 dan 6 awak tetap di Bangkok menunggu penerbangan.
Menurut Reuters, penumpang nan cedera bakal mendapat kompensasi dengan besaran bisa sangat berbeda apalagi untuk cedera nan sama berasas perjanjian internasional.
Satu penumpang meninggal dan maskapai mengatakan 30 penumpang dirawat lantaran luka-luka setelah penerbangan dari London ke Singapura melakukan pendaratan darurat di Bangkok pada hari Selasa. Rumah Sakit Samitivej mengatakan pihaknya merawat 71 penumpang.
Berdasarkan Konvensi Montreal, Singapore Airlines bertanggung jawab atas kecelakaan, termasuk turbulensi, pada penerbangan internasional terlepas dari apakah maskapai tersebut lalai, menurut pengacara penerbangan AS. Jika penumpang mengusulkan gugatan makismal senilai 175.000 dolar AS.
Jika penumpang menginginkan tukar rugi nan lebih besar, Singapore Airlines dapat mencoba membatasi tanggung jawab dengan membuktikan bahwa pihaknya telah mengambil semua tindakan nan diperlukan untuk menghindari turbulensi, kata Mike Danko, pengacara Kalifornia nan mewakili penumpang. Dia mengatakan maskapai penerbangan jarang bisa memenangkan argumen seperti itu.
Danko mengatakan maskapai penerbangan juga dapat membatasi tanggung jawab mereka dengan menunjukkan bahwa penumpang menanggung beberapa kesalahan atas cedera tersebut, seperti mengabaikan peringatan untuk mengenakan sabuk pengaman.
Besarnya kerugian sering kali berjuntai pada negara tempat kasus tersebut diajukan dan gimana sistem norma menilai jumlah kompensasi.
"Yang pertama dan terpenting adalah yurisdiksi tempat Anda dapat mengusulkan klaim dan gimana mereka menilai klaim cedera," kata Daniel Rose, pengacara New York di Kreindler & Kreindler, kepada Reuters.
Iklan
Misalnya saja, juri di AS telah memberikan tukar rugi lebih dari $1 juta kepada penumpang atas trauma emosional akibat gejolak nan parah, sementara banyak pengadilan di negara lain memberikan penghargaan nan jauh lebih sedikit jika ada untuk tekanan emosional serupa.
Konvensi Montreal menetapkan beragam patokan untuk menentukan ke mana suatu klaim dapat diajukan, nan berjuntai pada tujuan, tempat pembelian tiket, dan tempat tinggal penumpang.
Penerbangan hari Selasa berangkat dari London menuju Singapura dan membawa penumpang dari seluruh dunia.
Pengacara penerbangan mengatakan penumpang asal Inggris dengan tiket pulang-pergi nan berasal dari London dapat mengusulkan klaim ke pengadilan Inggris. nan lain mungkin berencana untuk mengambil penerbangan lanjutan untuk pulang ke Indonesia, di mana mereka kudu mengusulkan klaim. Akibatnya, nilai klaim mungkin berbeda jauh untuk cedera nan sama.
Curtis Miner, seorang pengacara Florida nan mewakili penumpang, mengatakan kecelakaan pesawat Asiana Airlines di San Francisco pada tahun 2013 mengakibatkan penumpang terluka dengan kompensasi nan sangat bervariasi lantaran banyak nan terbang pulang pergi dari beragam kota di Asia Timur.
“Penumpangnya berasal dari mana-mana,” kata Miner. "Jadi orang-orang nan mungkin mengalami cedera serupa, ada nan bisa membawa kasusnya ke San Francisco, tapi ada pula nan tidak."
Pilihan Editor Pensiunan BRIN nan Diusir dari Rumah Dinas Bisakah Membelinya? Ini Aturannya Menurut Perpres 11 / 2008