Babak Baru Kasus Kematian Dokter Aulia PPDS Undip

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus kematian master Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS anestesi Universitas Diponegoro (Undip) kembali menjadi sorotan, usai sejumlah bukti dugaan perundungan seperti rekaman bunyi mencuat ke publik.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pun meyakini perundungan alias bullying itu betul-betul terjadi di kembali kasus kematian master Aulia.

Disclaimer Kesehatan Mental - rev1Foto: Dok. CNNIndonesia

"Yang saya lihat sudah jelas sekali," kata Budi di RSUP dr Sardjito, Sleman, DIY, Rabu (28/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi mengaku kepercayaan itu berasas temuan sejumlah bukti hasil investigasi internal Kemenkes. Beberapa di antaranya berupa tangkapan layar percakapan via WhatsApp, catatan dan beberapa rekaman.

Namun, Budi tak merinci lebih lanjut. Ia hanya menegaskan bukti-bukti perundungan itu sudah diserahkan ke polisi.

Ayah master Aulia meninggal

Di sisi lain, Budi juga membenarkan ayah dari master Aulia meninggal bumi pada Selasa (27/8).

Budi menjelaskan saat berjamu ke kediaman family master Aulia di Tegal beberapa hari lalu, dia memandang kondisi kesehatan ayah master Aulia nan memburuk.

Ia pun mengaku telah meminta agar ayah master Aulia dirujuk ke rumah sakit. Karena lokasinya di Tegal, maka nan paling memungkinkan adalah dirujuk ke RS Kariadi Semarang.

Namun, Budi juga memahami family master Aulia ragu dengan RS Kariadi setelah kejadian dugaan perundungan di rumah sakit tersebut.

"Saya tawarkan lah di RSCM. Jadi waktu saya pulang langsung bapaknya dibawa ke RSCM. Jadi mereka sudah ada di RSCM sekitar tiga hari," kata dia.

Budi tak menjelaskan secara gamblang soal aspek lain alias kemungkinan penyakit nan diderita ayah master Aulia. Namun, menurutnya, kondisi kesehatan ayah master Aulia menurun setelah kematian sang putri.

"Dia masuknya ke rumah sakit memang sesudah kematian," ujarnya.

Alumni Undip Desak kasus diusut tuntas

Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (DPP IKA UNDIP) meminta agar dugaan perundungan alias bullying sebagai salah satu aspek di kembali kasus meninggalnya master Aulia diusut tuntas.

"Kami mendesak agar semua bukti dan info nan relevan, termasuk kitab catatan harian dan voicenote almarhum diperiksa secara mendalam untuk memastikan tidak ada aspek nan terlewat," kata DPP IKA UNDIP dalam keterangannya, Rabu (28/8).

DPP IKA UNDIP juga meminta agar penegakan norma dilakukan secara setara dan transparan. Harapannya, kasus ini bisa dijadikan sebagai pembelajaran dan pencegahan agar peristiwa serupa tak kembali terulang.

Selain itu, DPP IKA UNDIP juga menyatakan mendukung program nan mendorong lingkungan belajar nan sehat, aman, serta mendukung perkembangan mental dan akademis mahasiswa.

Sebelumnya, master Aulia meninggal bumi lantaran diduga bunuh diri. Belakangan diduga salah satu faktornya adalah tak kuat menahan beban mental perundungan senior di lingkungan akademis itu.

Hal ini diperkuat dengan apa nan ditulis dalam kitab hariannya.

Sementara itu berasas hasil visum, tim interogator Polrestabes Semarang menduga kuat kematian Aulia Risma mengenai dengan obat suntikan nan dimasukkan korban ke tubuhnya sendiri.

Sedangkan dari hasil olah TKP, didapati sisa cairan obat melemaskan otot di perangkat suntik serta kitab harian korban nan berisi korban menderita penyakit punggung alias saraf kejepit.

Terpisah, Rektor Undip Suharnomo memastikan bakal menjatuhkan hukuman terhadap terduga pelaku perundungan di kembali kematian mahasiswi PPDS anestesi FK Undip di RSUP Kariadi itu.

Namun sejauh ini dari hasil investigasi internal, pihaknya tak menemukan dugaan perundungan nan menjadi aspek dugaan bunuh diri tersebut.

Pihaknya pun tetap menyerahkan dugaan perundungan itu ke Kemenkes hingga kepolisian.

Ia meyakinkan tak menutup-tutupi sesuatu dalam kasus ini. Undip juga disebut telah berkomitmen untuk antiperundungan. Dan jika perundungan itu bisa dibuktikan, pelakunya bakal dikeluarkan.

(khr/isn)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional