Benarkah Harga BBM Akan Naik per 1 Juni 2024? Ini Kata Jokowi hingga Pertamina

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Ramai pemberitaan soal rencana kenaikan nilai bahan bakar minyak alias harga BBM per 1 Juni 2024 belakangan ini akhirnya ditanggapi oleh Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting.

Ia menjelaskan, hingga kini pihaknya tetap mengkaji nilai bahan bakar minyak alias BBM. Hasil kajian itu nan bakal menjadi masukan untuk mengusulkan kenaikan nilai BBM alias mempertahankan nilai bahan bakartersebut. 

"Masih kami review," katanya kepada Tempo saat dihubungi pada Kamis, 30 Mei 2024.

Setidaknya ada tiga aspek nan dipertimbangkan dalam menentukan arah nilai BBM, untuk naik alias tidak. Tiga aspek itu adalah nilai minyak mentah dunia, Mean of Plats Singapore alias MOPS, serta nilai tukar mata uang.

Per hari ini, nilai minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada pada kisaran US$ 79,08 per barel. Harga ini turun jika dibandingkan dengan nilai kemarin nan ditutup sebesar US$ 79,32 per barel. 

Sementara itu, MOPS merupakan nilai transaksi jual beli pada bursa minyak di Singapura. MOPS adalah bagian biaya perolehan atas penyediaan BBM jenis bensin dan solar dari produksi kilang dalam negeri dan/atau impor, sampai terminal BBM.

Merujuk laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, penghitungan konversi MOPS satuan dolar AS per barel menjadi rupiah per liter menggunakan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dengan kurs tengah Bank Indonesia periode tanggal 25 pada 2 bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24, satu bulan sebelumnya untuk penetapan bulan berjalan. Adapun satu barel sama dengan 159 liter. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengatakan pemerintah bakal menghitung dan mempertimbangkan keahlian fiskal negara, sebelum memutuskan apakah bakal meningkatkan nilai BBM pada bulan Juni.

"Semuanya dilihat fiskal negara. Mampu alias tidak mampu, kuat alias tidak kuat," kata Jokowi di Istora Senayan, Jakarta pada Senin, 27 Mei 2024.

Iklan

Untuk tahun ini, pemerintah telah menetapkan sasaran subsidi daya sebesar Rp 186,9 triliun. Masing-masing sebesar Rp 113,3 triliun untuk subsidi BBM dan LPG, serta Rp 73,6 triliun untuk subsidi listrik. 

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konvensi pers APBN KiTa Edisi Mei 2024 di Jakarta pada Senin lampau mengatakan subsidi nan dibelanjakan pemerintah sampai April 2024 senilai Rp 51,8 triliun. Adapun rinciannya untuk subsidi daya sebesar Rp 42,4 triliun dan subsidi non-energi Rp 9,4 triliun.

Jokowi juga mengatakan, keahlian APBN untuk mensubsidi BBM bakal dihitung dengan pertimbangan nilai minyak dunia, terutama di tengah kondisi geopolitik. Menurut dia, seluruh aspek tersebut bakal dikalkulasi dan dihitung dengan pertimbangan nan matang.

"Semuanya bakal dikalkulasi, semua bakal dihitung, semua bakal dilakukan lewat pertimbangan-pertimbangan nan matang lantaran itu menyangkut rencana hidup orang banyak," kata dia.

Sedangkan Menteri ESDM, Arifin Tasrif, sebelumnya mengungkapkan pertimbangan pemerintah menahan nilai BBM hingga Juni 2024. Di sisi lain, gejolak nilai minyak dunia, eskalasi bentrok di Timur Tengah, hingga pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS membikin kompensasi dan anggaran subsidi BBM di dalam negeri membengkak.

"Kan kami sudah bilang sampai Juni 2024 (ditahan), pertimbangannya kan kita baru pulih, masyarakat ini jangan sampai kena beban tambahan, itu aja," tutur Arifin.

ANNISA FEBIOLA | ANTARA

Pilihan Editor: Terpopuler: Jokowi Buka Suara soal Harga BBM Naik per 1 Juni, Kontroversi Potongan Gaji Karyawan untuk Tapera

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis