TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan soal info Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai dengan perkiraan produksi beras nasional tahun ini turun 760 ribu ton alias 2,43 persen dibandingkan 2023. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Moch. Arief Cahyono menyatakan telah mengetahui sejak jauh-jauh hari adanya potensi defisit produksi beras nasional pada awal 2024. Sejak dilantik pada Oktober 2023, Arief mengatakan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman beserta jajarannya telah mengambil langkah mitigasi menghadapi akibat El Nino dengan mengoptimalkan sumber air melalui pompanisasi.
Saat itu, AMran mengungkapkan adanya potensi pergeseran masa tanam dan defisit produksi pada awal 2024. "Langkah sigap beliau adalah dengan realokasi eksternal dan internal anggaran Eselon I Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp 1 Triliun. Anggaran ini digunakan untuk penyediaan benih, perangkat dan mesin pertanian (alsintan), pupuk, dan pestisida,” kata Arief seperi dikutip dari keterangan tertulis, hari ini.
Sependapat dengan BPS, Arief mengatakan keterlambatan masa tanam pada akhir 2023 menyebabkan masa panen raya nan semestinya terjadi pada Maret-April 2024 bergeser. Konsekuensinya, terjadi defisit produksi di awal tahun 2024 nan ditutupi dengan pengadaan beras sebesar 3,5 juta ton dari luar negeri oleh Perum Bulog.
Namun, Arief mengatakan melalui intervensi pompanisasi dan kesiapan pupuk nan cukup, setelah panen raya pada April-Mei 2024, produksi bulanan sejak Agustus jauh melampaui produksi bulan nan sama pada 2023. Ia memprediksi tren ini bakal terus bersambung hingga Desember 2024. "Pemerintah tetap optimis produksi beras bakal terus membaik,” ucap Arief.
Data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi padi pada periode Agustus-Oktober 2022 mencapai 12,55 juta ton. Angka ini tak berubah pada tahun berikutnya, ialah 12,55 juta ton. Sedangkan pada 2024, produksi padi meningkat menjadi 14,73 juta ton. Jika diakumulasi, produksi padi semester II-2024 bisa menghasilkan 23,36 juta ton. Capaian ini meningkat dibandingkan 2022 sebesar 22,44 juta ton dan 2023 sebesar 21,63 juta ton.
Iklan
Dengan adanya peningkatan produksi di tengah kekeringan ini, Arief menyatakan program Penambahan Areal Tanam (PAT) nan didorong Kementan sejak awal 2024 membuahkan hasil. Program ini dilaksanakan melalui optimasi lahan dan pompanisasi dengan tujuan meningkatkan indeks pertanaman sawah dari 1 kali menjadi 2-3 kali setahun.
Arief menambahkan, peningkatan produksi juga didukung oleh kebijakan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Sejak awal 2024, pemerintah telah menambah kuota pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Petani nan sudah terdaftar untuk mendapatkan pupuk subsidi bisa menebus pupuk dengan menunjukkan KTP asli.
Pemerintah, kata Arief, saat ini terus bekerja dengan optimasi lahan dan indeks pertanaman lahan sekaligus mempersiapkan lahan sawah baru melalui cetak sawah 3 juta hektare mulai 2025. Pemerintah optimis paling lambat dalam 3 tahun mendatang, Indonesia bakal kembali mencapai swasembada beras. "Dan dalam beberapa tahun berikutnya bakal ekspor dan menjadi lumbung pangan dunia,” katanya.
Pilihan editor: Bahlil Lahadalia Usulkan Adopsi Struktur Kelembagaan Cina untuk Dukung Hilirisasi Nikel