TEMPO.CO, Jakarta - Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai adanya inflasi nilai emas menunjukkan adanya kekhawatiran dari masyarakat terhadap kondisi ekonomi dunia belakangan hari. Hal ini kemudian membikin mereka beramai-ramai membeli emas nan menyebabkan naiknya nilai emas.
“Masyarakat nan melakukan pembelian terhadap emas perhiasan lantaran dianggap bahwa dalam kondisi saat ini ekonomi dunia nan tak menentu,” katanya ketika dihubungi pada Jumat, 01 November 2024.
Menurut dia, masyarakat nan cemas kemudian memandang emas sebagai komoditas nan bisa dijadikan investasi paling kondusif alias aset safe haven. Kekhawatiran semakin bertambah ketika memandang buletin ataupun info di media-media massa tentang eskalasi bentrok geopolitik di Timur Tengah hingga potensi meletusnya Perang Dunia III.
“Nah buktinya pada saat rilis BPS mengenai inflasi, rupanya terjadi inflasi bukan deflasi lagi. Artinya apa? Masyarakat sudah condong melakukan investasi di safe haven lantaran ada ketakutan,” ujar Ibrahim.
Pembelian komoditas emas nan menyebabkan kenaikan nilai emas itu rupanya tidak hanya terjadi di Indonesia. Menurut Ibrahim, perihal serupa juga terjadi di India dan China. Masyarakat di sana, kata Ibrahim, menganggap emas sebagai investasi nan paling tepat.
Iklan
Ibrahim juga menambahkan, pernyataan Presiden Prabowo Subianto akhir-akhir soal kekhawatirannya bakal kondisi ekonomi dunia juga mempunyai sentimen nan mengakibatkan naiknya nilai emas. Dengan adanya pernyataan tersebut, menurut Ibrahim, masyarakat kemudian beramai-ramai membelanjakan uangnya untuk berinvestasi emas.
“Daripada duit itu dihambur-hamburkan, mereka kemudian melakukan pembelian terhadap emas sebagai safe haven,” ucapnya.
Rilis info bulanan dari Badan Pusat Statistik menunjukkan adanya inflasi secara bulanan alias month to month (mtm) pada bulan Oktober, nan sekaligus mengakhiri tren deflasi lima bulan beruntun. Komoditas nan dominan mendorong inflasi pada golongan ini antara lain emas perhiasan nan memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen.
Pilihan Editor: BPOM Hentikan Izin Edar Latiao di Indonesia, Respons Keracunan Massal di Sejumlah Daerah