BRIN: Sungai Citarum Terkontaminasi Bahan Aktif Obat Paracetamol

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

CNN Indonesia

Senin, 08 Jul 2024 09:28 WIB

Hasil penelitian BRIN mengungkap adanya kontaminasi bahan aktif obat alias APIs seperti paracetamol hingga amoxcillin di wilayah aliran sungai (DAS) Citarum. Hasil penelitian BRIN mengungkap adanya kontaminasi bahan aktif obat alias APIs seperti paracetamol hingga amoxcillin di wilayah aliran sungai (DAS) Citarum. ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI)

Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan adanya kontaminasi bahan aktif obat alias APIs di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu di Jawa Barat.

Peneliti Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Rosetyati Retno Utami mengungkapkan penelitian dilakukan dengan penghitungan konsentrasi bahan aktif obat nan diminum, gelombang penggunaan obat, jumlah obat nan dikonsumsi, dan berapa lama masa sakit responden dalam setahun.

"Kemudian kami bakal mengestimasi seberapa banyak dari rata-rata penggunaan itu dengan ekstrapolasi terhadap jumlah masyarakat di suatu DAS. Hasilnya, untuk bahan kimia aktif dapat dilihat bahwa rupanya paracetamol dan amoxcillin menjadi APIs dengan penggunaan paling besar di DAS Citarum Hulu," kata Rosetyati dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (8/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rosetyati menemukan penggunaan antibiotik di DAS Citarum Hulu cukup besar, dengan penggunaan paracetamol menjadi posisi tertinggi berjumlah 460 ton per tahun serta amoxcillin 336 ton per tahun.

Adapun sumber-sumber kontaminasi bahan aktif obat nan mungkin masuk ke dalam Sungai Citarum, kata dia, bisa teridentifikasi dari aktivitas peternakan nan dinilai banyak menggunakan obat-obatan dan juga hormon nan bermaksud meningkatkan hasil peternakan, penggunaan obat rumah tangga, industri, dan sistem pengelolaan limbah obat di rumah sakit nan mungkin terdapat kebocoran, sehingga dapat mengakibatkan masuknya obat ke ekosistem akuatik.

Ia menambahkan penanganan masyarakat setempat atas penggunaan bahan aktif obat tersebut dinilai tetap kurang, sehingga menimbulkan akibat terhadap pencemaran ekosistem akuatik.

"Jika terjadi kontaminasi di perairan/ekosistem akuatik, tentu saja bakal membahayakan bagi organisme akuatik dan juga kesehatan manusia," ujarnya.

Terkait perihal tersebut Plt Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Luki Subehi menekankan perilaku masyarakat terhadap penanganan penggunaan obat, termasuk praktik pembuangan obat nan tidak lagi terpakai krusial untuk menjadi perhatian lebih lanjut.

Menurutnya, tingkat populasi masyarakat nan tinggi di wilayah sekitar DAS menjadikan perihal tersebut menjadi krusial agar tidak menambah faktor-faktor nan dapat mencemari sungai.

"Dengan info ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pola perilaku nan tidak mencemari badan air/sungai dan praktik nan lebih baik dalam pengelolaan limbah obat-obatan," kata Luki Subehi.

(Antara)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional