TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia resmi menyandang gelar ahli dengan predikat cumlaude dari Universitas Indonesia Rabu, 16 Oktober 2024. Ia mengangkat titel disertasi Kebijakan, Kelembapan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel nan Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia di Program Studi Kajian Stratejik dan Global (SKSG).
Ketua Umum Partai Golkar itu, bisa menyelesaikan program doktoralnya kurang dari dua tahun tepatnya, 1 tahun 8 bulan. Bahlil mengaku prosesnya mendapatkan gelar ahli dalam waktu singkat cukup sulit. Namun, menurutnya, dia sudah biasa memaksimalkan waktu semenjak kuliah di S1. Alasan Bahlil bisa mendapat gelar ahli di waktu nan sigap adalah dengan konsentrasi dan rela mengalokasikan waktu di antara banyak kesibukan. “Saya dalam proses tidak pernah ada pemberian alias cuma-cuma. Semuanya perjuangan,” ucapnya saat ditemui usai melakukan Sidang Terbuka Promosi Doktor di UI.
Dalam disertasinya, Bahlil menyoroti kebijakan hirilisasi nikel nan belum memberikan keadilan bagi masyarakat daerah. Menurut Bahlil, selama ini kebijakan mengenai industrialisasi nikel hanya menggunakan kacamata Jakarta saja.
Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan telah melakukan penelitian dengan langsung terjun ke daerah, seperti Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan letak PT Indonesia Weda Bay Industrial Park di Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara.
Dalam paparannya, Bahlil mengatakan akibat ekonomi dari kebijakan hirilisasi nikel telah meningkatkan nilai ekspor nan cukup signifikan. Namun di kembali keberhasilan itu, kondisi kesehatan masyarakat wilayah justru memprihatinkan. Dalam temuannya, sebesar 54 persen masyarakat di wilayah Kabupaten Morowali mengalami kesehatan jangkitan saluran pernapasan atas alias ISPA. "Sementara beban tanggung jawab kepada mereka (masyarakat daerah) cukup luar biasa. Kesehatan, lingkungan, jalan-jalan, kemudian sampah, luar biasa sekali," ujar Bahlil dalam presentasi disertasinya.
Iklan
Bahlil melanjutkan, banyak pengusaha wilayah nan tidak mendapatkan kesempatan nan sama, sementara penanammodal dari Jakarta dan luar negeri terus mendominasi. Dalam perihal ini orang-orang lokal justru mendapat situasi nan tidak menguntungkan dalam industri hilirisasi nikel. "Maka kemudian reformulasi nan kami sarankan adalah 30 sampai 42 persen kami mau penerimaan negara kudu dibagi ke daerah," kata Bahlil.
Pada sidang promosi ahli tersebut, Chandra Wijaya bertindak sebagai promotor dan ditemani oleh Teguh Dartanto dan Athor Subroto selaku Ko-promotor. Selanjutnya, sekelompok akademisi nan berkedudukan sebagai penguji, ialah Margaretha Hanitha, A. Hanief Saha Ghafur, Didik Junaidi Rachbini, Arif Satria, dan Kosike Mizono.
Bahlil resmi menerima gelar doktornya saat Ketua Program Studi Kajian Wilayah Jepang UI, sekaligus ketua sidang promosi doktor, I Ketut Surajaya, menyatakan kelulusannya dan berkuasa menyandang gelar ahli dari Universitas Indonesia. "Melaporkan hasil sidang tertutup dan capaian publikasi tulisan ilmiah hasil riset kerabat (Bahlil). Maka, berasas semua ini, tim pengetes memutuskan untuk mengangkat kerabat Bahlil Lahadalia menjadi doktor," ujar Surajaya di Universitas Indonesia, Rabu 16 Oktober 2024.
Pilihan editor: PNM Kembangkan Potensi Petani Aceh Komoditas Minyak Nilam