Jakarta, CNN Indonesia --
Seorang siswi SMKN 3 Semarang, Naomi Daviola (17) sempat lenyap diduga tersesat di Gunung Slamet (3.428 mdpl), Jawa Tengah pada Sabtu (5/10) lalu.
Naomi nan ikut rombongan open trip untuk mendaki gunung di Jawa Tengah itu kemudian sukses ditemukan dalam kondisi selamat, lampau dievakuasi tim SAR pada Selasa (8/10) lalu.
Remaja putri nan karib disapa Vio itu bercerita selama tersesat dalam perjalanan turun dari puncak Gunung Slamet, dia memperkuat dengan menyantap sisa bekal makanan hingga beberapa kali mengikuti arah burung liar di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah tersesat selama dua malam, Naomi Vio akhirnya ditemukan tim pencari di Pos 7 Gunung Slamet pada Selasa (8/10) sore dan kembali ke rumahnya di Semarang.
Vio mengatakan bersama rombongan open trip nan didapatinya via akun TikTok, mereka mendaki Gunung Slamet lewat jalur Bambangan, Purbalingga, pada Sabtu (5/10). Siswi SMK itu berangkat ke jalur pendakian Gunung Slamet wilayah Purbalingga dengan naik motor sendiri dari Semarang, Sabtu (5/10).
"Dari sini [Semarang] enggak ada teman, ke Gunung Slamet sendiri, ketemunya di basecamp," kata Vio kepada wartawan di rumahnya, Rabu (8/10).
Vio berbareng 40 rombongan lainnya memang mengikuti aktivitas pendakian open trip. Pendakian ini tergolong cukup ekstrem, lantaran dilakukan dengan tek-tok namalain langsung pulang-pergi tanpa menginap nan dimulai pada Sabtu (5/10) malam pukul 23.00 WIB.
Vio menjelaskan, ada tiga golongan dalam pendakian berbareng itu. Sebab pendakian tektok, perbekalan nan dibawa pun tak banyak, sehingga langsung turun begitu sampai puncak.
"Awalnya aman-aman saja, jalan sesuai jalurnya. Naik puncak juga sesuai jalurnya. Sampai Plawangan itu jam 10.00 WIB, dapat sunrise di perjalanan. Terus naik ke puncak sampai atas sekitar jam 12.00 WIB," tuturnya.
Vio tergabung di golongan 3 nan terdiri atas 7 orang. Tiga orang sudah turun duluan, sementara Vio dan tiga rekan lainnya nan terdiri atas dua laki-laki dan satu wanita telat sampai puncak. Dan, Vio pun mulai tersesat ketika turun dari puncak tersebut.
"Kita naik berempat, terus turun kita berempat, kita gandengan. Mas-mas rambut pirang duluan, saya mau nyusul, saya kira saya bisa nyusul tapi rupanya enggak. Saya capek, saya rehat dulu," cerita Naomi.
"Saya nengok ke belakang tetap ada orang. Tapi nengok lagi nan ketiga (kali) itu sudah enggak ada (orang). Depan awalnya ada orang itu juga nggak ada. Cerita mereka (dua orang di belakangnya) juga sama, mereka nengok ke saya nan ketiga (kali) itu udah nggak ada," lanjutnya.
Vio kemudian mencoba mencari jalan keluar. Hutan itu dia susuri terus sampai bawah. Akhirnya, Vio menemukan pagar nan entah bakal tembus ke mana, sehingga dia memutuskan kembali naik.
Hujan pun mulai turun, dan Vio pun beristirahat sembari melawan rasa takutnya. Dia tak pernah menyangka kudu menghabiskan malam sendirian di Gunung Slamet nan baru sekali itu didakinya.
Ikuti burung dan memperkuat dengan sisa roti
Senin pagi, Saat itu entah dari mana seekor burung muncul di hadapannya. Firasatnya, burung itu seperti menunjukkan jalan ke arah nan benar. Dia pun mengikuti arah burung itu.
"Saya lihat ke depan ada burung, saya ngerasa diarahin ke bawah, saya ikutin, dia turun saya turun. Dia naik saya naik. Tapi jalan nan dipilih jelek, jadi saya sampai luka-luka," kata Vio.
Sebab masih tak menemukan jalan, Vio memilih kembali naik. Selama tersesat, dia hanya mengandalkan roti sobek nan tinggal 6 pangkas dan botol air mineral 1,5 liter nan dia isi ulang dari mata air.
"Makannya betul-betul dihemat, sepotong buat sehari lantaran enggak tahu bakal sampai kapan. Bahkan sampai sekarang rotinya masih," jelasnya.
Pada Selasa pagi, ketika bangun tidur, Vio kembali berjumpa burung nan lagi dia ikuti.
"Paginya makan, minum, lihat sunrise, ditunjukin lagi sama burung, ada 3. Jengkelnya burung itu ngarahin ke nan akar-akar semua, jika akar diinjak kan patah, jika patah itu saya jatuh," imbuhnya.
Setelah melangkah lumayan jauh, sekitar pukul 09.00 WIB Vio mendengar ada bunyi orang berteriak. Perasaannya langsung lega saat itu juga. Harapan seolah datang.
"Ada nan teriak-teriak 'Mbak Vio di mana?' saya bilang 'saya di sini'. Di situ saya lega banget udah ditemuin. Akhirnya ditolong sampai bawah. Sama sekali enggak digendong soalnya enggak ditawarin," terangnya.
Vio langsung memeluk salah satu personil tim SAR campuran nan telah menjemputnya. Tangis lega pun pecah saat itu. Mereka kemudian turun dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
"Bapaknya cerita nyari dari Senin, nyari dua jalur, via Bambangan ke Gunung Malang dan sebaliknya," jelasnya.
Keterangan tim SAR
Anggota tim SAR Bambangan, Sumarudin, nan menjumpai korban pertama kali mengatakan saat ditemukan Vio dalam kondisi lemas. Meski begitu korban sukses memperkuat hidup dengan mengonsumsi bekal roti nan dibawa.
"Dia bilangnya tetap ada roti tiga jadi diawet-awet. Dengan bekal roti itu. Karena dia bawa roti satu bungkus, untuk hari pertama dimakan separuh balut dan sampai hari terakhir menghabiskan nan separuh bungkus," kata Sumarudin dikutip dari detikJateng, Selasa.
"Kalau minumnya dia menemukan air di sungai. Alhamdulillah jika air di Gunung Slamet insyaallah aman," terangnya.
Sumarudin cukup terkejut dengan jalur nan dipilih oleh Vio. Sebab, melenceng sangat jauh dari jalur nan digunakan saat mendaki via Bambangan.
"Dia memang seorang diri, memang itu bukan jalurnya. Saya juga agak bingung kenapa dia sampai di situ. Luar biasa jauhnya. Kalau dari Pos 7 via Bambangan sekitar 3 km sampai ke TKP. Kalau dia jalan lurus tembusnya di Baturraden," jelasnya.
"Salah jalur dari mulai Pos 9. Dia itu salah jalurnya di atas (batas) vegetasi ambil jalur kanan. Sama sekali tidak ada pendaki dan memang dia sendirian," kata Sumarudin.
Baca buletin lengkapnya di sini.
(tim/kid)
[Gambas:Video CNN]