Cerita Warga Jaksel Disiksa Jadi Budak di Myanmar Cuma Minum Air Hujan

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Warga Jakarta Selatan SA (27) ditipu oleh kawan dekatnya berinisial R, belakangan diketahui berjulukan Risky. Tawaran pekerjaan di Thailand dan iming-iming penghasilan besar membawa petaka. SA menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang alias TPPO.

Sepupu dari SA, Yohanna Apriliani (35), menuturkan Risky menawari SA pekerjaan di Thailand dengan penghasilan sebesar US$10 ribu alias sekitar Rp150 juta. Keduanya berangkat ke Thailand pada 11 Juli 2024.

Selama empat hari di Thailand, komunikasi SA dengan family baik-baik saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"R mengabarkan SA bahwa bosnya sedang mencari tenaga kerja dan R disuruh mencari 10 orang untuk satu tim," ujar Yohanna di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (12/8) sebagaimana dilansir dari Antara.

Risky memberangkatkan SA terlebih dulu dengan tujuan Mae Sot, Thailand dan berpisah di suatu terminal lantaran mengaku tetap kudu mencari personil tim baru lainnya. Akan tetapi, SA rupanya dibawa ke Myanmar dan ke letak kerja nan tidak sesuai ekspektasi.

"SA bilang perusahaan nan dituju itu jorok, kotor, kumuh, dan tidak seperti kantor-kantor sama sekali. Kata dia, lebih seperti rumah susun," ucap Yohanna.

Ketika family pertama kali dihubungi oleh SA, sekelompok orang meminta tebusan sebesar US$30 ribu alias sekitar Rp478 juta.

Dalam kesempatan itu pula, SA mengaku tidak bisa berbincang leluasa dengan family ketika terhubung dengan sambungan telepon.

"Selama duit itu belum masuk, SA menelepon ke kita bahwa dia selalu disiksa sama orang sana. Tidak dikasih makan. Minum pun kudu menunggu air hujan," ujarnya.

Selain itu, SA mengaku juga pernah dipukul menggunakan tongkat baseball.

Lantaran family tidak bisa membayar, pelaku memaksa meminta 30 persen bagian dari jumlah nan semula diajukan. Apabila tidak bisa dipenuhi dalam waktu empat hari, pelaku menakut-nakuti bakal mengamputasi kaki SA.

Merespons itu, pihak family meminta support kepada pemerintah dan kepolisian. Pada Senin (12/8), family dari SA membikin kejuaraan masyarakat (Dumas) ke Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri.

"Kita sudah bercerita banyak tentang kasus SA kepada Satgas TPPO, lampau kita diarahkan lagi untuk mengusulkan dumas sekaligus melampirkan berkas bukti-bukti lainnya," kata Yohanna.

Ia turut membawa bukti antara lain bukti percakapan korban SA dengan Risky, laporan family korban ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), serta rekaman suara.

15 WNI lain

SA mengungkapkan terdapat 15 WNI lain nan bernasib sama dengannya: ditipu, disiksa dan diperas. Dengan kondisi itu, SA meyakini bakal dilepas oleh pelaku dugaan TPPO.

"Di sini ada 15 orang Indonesia kok, jadi kemungkinan besar untuk potensi lepas besar, saya yakin," ujar SA melalui pesan nan disampaikan kepada keluarganya di Jakarta, Senin.

Kendala bantuan

Diplomat Muda Direktorat Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri Rina Komaria mengakui ada keterbatasan akses dalam upaya menyelamatkan WNI nan disekap.

Terlebih juga ada kompleksitas situasi di wilayah bentrok nan terjadi di Myanmar.

"Pemerintah Indonesia melalui KBRI Yangon terus mengupayakan agar WNI nan berada di wilayah sana bisa keluar dengan selamat," ujar Rina.

Kemlu RI mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan daring (online scam), khususnya nan berkedok penawaran kerja di luar negeri guna meminimalkan TPPO.

Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (WNI dan BHI) di bawah Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu mencatat nomor kasus TPPO cukup tinggi mencapai 2.199 kasus penipuan daring nan menimpa WNI sejak 2020 hingga Mei 2023.

(ryn/wis)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional