Daftar Kekalahan PKS di Kandang Sendiri: Depok, Jabar hingga Jakarta

Sedang Trending 2 jam yang lalu
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengalami kekalahan di sejumlah wilayah pedoman massa mereka pada Pilkada Serentak 2024 versi hitung sigap alias quick count.

Beberapa wilayah nan tak sukses dimenangkan PKS di antaranya Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi DKI Jakarta. Berikut ini rangkuman CNNIndonesia.com.

Depok

Salah satu kekalahan PKS terjadi di Depok. Suara pasangan Imam Budi Hartono-Ririn Farabi A. Rafiq kalah dari pasangan Supian Suri-Chandra Rahmansyah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imam-Ririn mengumpulkan 46,81 persen bunyi dalam quick count Voxpol Center Research & Consulting. Sementara itu, Supian-Chandra mengumpulkan 53,19 persen suara.

Hasil ini berasas info per Rabu (27/11) pukul 20.43 WIB. Total bunyi sampel nan sudah masuk 100 persen.

Imam-Ririn maju dengan titel petahana. Mereka diusung oleh Golkar dan PKS. Sementara itu, Supian-Chandra maju dengan support Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Kekalahan Imam-Ririn menjadi kekalahan pertama PKS dalam 18 tahun terakhir di Depok. Sejak 2006, Depok dipimpin wali kota nan diusung PKS.

Jawa Barat

PKS juga kalah telak di Pilgub Jawa Barat. Pasangan nan mereka usung, Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie tak bisa membendung pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan.

Padahal, Syaikhu adalah Presiden PKS. Syaikhu-Ilham hanya memperoleh 20,07 persen bunyi pada quick count jenis Indikator Politik Indonesia. Sementara itu, Dedi-Erwan meraup 61,16 persen suara. Suara masuk pada quick count itu sudah 100 persen.

Suara sisanya tersebar ke Acep Adang Hidayat-Gitalis Dwi Natarina 9,67 persen dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja 9,10 persen.

Jawa Barat adalah salah satu lumbung bunyi PKS. Pada Pileg DPRD Jabar 2024, PKS finis di urutan kedua dengan perolehan 19 kursi.

PKS juga pernah berkuasa di Jawa Barat pada periode 2008-2018. Saat itu, PKS menempatkan kader mereka Ahmad Heryawan namalain Aher sebagai gubernur.

DKI Jakarta

Kekalahan juga diterima PKS di Pilgub DKI Jakarta. PKS berasosiasi dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus untuk mengusung Ridwan Kamil dan Suswono.

Quick count Charta Politika Indonesia menyebut Pramono Anung dan Rano Karno unggul dengan 50,15 persen suara. RK-Suswono mengumpulkan 39,25 persen suara. Dharma Pongrekun dan Kun Wardana meraih 10,6 persen suara.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga menyebut Pramono-Rano unggul dengan 50,1 persen suara. RK-Suswono mendapatkan 39,29 persen suara. Adapun Dharma-Kun 10,61 persen suara.

PKS nyaris mencalonkan Anies Baswedan di Pilgub DKI Jakarta tahun ini. Namun, mereka belok mengusung RK di hari-hari terakhir. Mereka mendapatkan jatah posisi calon wakil gubernur dan menempatkan Suswono.

DKI Jakarta menjadi salah satu lumbung bunyi PKS. Pada Pemilu 2024, mereka menjadi pemenang di Jakarta dengan perolehan 18 bangku DPRD. PKS juga menjadi juara di dua dari tiga wilayah pemilihan DPR RI di DKI Jakarta.

Pada periode lalu, PKS mengusung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Mereka memenangkan Pilkada DKI 2017 dan menumbangkan petahana Basuki Tjahaja Purnama.

Respons PKS

Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri menilai biasa saja jika jagoan nan diusung PKS mengalami kekalahan jenis hitung sigap di Pilkada Jakarta, Jawa Barat dan Kota Depok dalam Pilkada Serentak 2024 lantaran kekuasaan tak ada nan abadi.

"Biasa saja. nan namanya kekuasaan itu memang dipergilirkan. Tak ada kekuasaan nan abadi," kata Mabruri kepada CNNIndonesia.com, Kamis (28/11).

Mabruri mengatakan tak hanya PKS nan mengalami kekalahan di wilayah-wilayah nan dianggap basisnya selama ini. Sebab, PDIP juga mengalami kekalahan di Jawa Tengah pada Pilkada serentak 2024.

"PDIP juga kalah di Jateng dan Solo. Jadi nan namanya pilkada ya pasti ada nan kalah dan menang," kata dia.

Di sisi lain, Mabruri memastikan PKS bakal melakukan pertimbangan internal terhadap hasil Pilkada serentak khususnya di tiga wilayah tersebut. Baginya, pertimbangan merupakan perihal nan rutin dilakukan partai.

"Pastinya [evaluasi]. Kan siklus biasa ini. Kontestasi-evaluasi-konsolidasi. Hal nan rutin di partai politik," kata dia.

(dhf/tsa)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional