TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, menyebut pemilihan presiden Amerika Serikat (pilpres AS) merupakan salah satu sentimen nan mempunyai pengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah. Pelemahan nilai rupiah, menurut proyeksinya, bakal semakin menjadi andaikan Donald Trump nan nantinya memenangkan pemilihan presiden.
Amerika Serikat bakal menyelenggarakan pemungutan bunyi pada Selasa, 5 November 2024.
“Investor mengantisipasi pilpres AS minggu depan nan andaikan dimenangkan oleh Trump bakal berpotensi menguatkan dolar AS lebih jauh,” tuturnya kepada Tempo melalui jasa perpesanan pada Ahad, 3 November 2024.
Saat ini, kata dia, nilai dolar AS sedang naik daun. Meskipun info ekonomi Amerika Serikat agak kurang bagus jika dilihat dari kondisi tenaga kerja nan lebih lemah dari perkiraan, dia menyatakan penanammodal tetap percaya dolar bakal semakin kuat.
Tekanan dolar AS terhadap nilai rupiah selama satu pekan ke belakang, menurutnya, berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia nan diperkirakan melambat. Data PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada kuartal 3 (Q3) diperkirakan bakal menunjukkan pertumbuhan nan lebih lambat (QoQ) di 1,6 persen dibandingkan 3,79 persen pada kuartal sebelumnya serta info persediaan devisa.
Kondisi ini, kata dia, membikin Bank Indonesia (BI) berpotensi untuk menurunkan suku bunga. Kalau suku kembang turun, maka besar kemungkinan nilai rupiah juga ikut turun.
Pelemahan nilai tukar rupiah berasas proyeksinya ada di kisaran nomor Rp 15.700 hingga Rp 15.850 per dolar AS.
Iklan
Tak ubahnya dengan nilai emas, nan menurut proyeksi Lukman,juga bakal kembali turun andaikan Donald Trump memenangkan kontestasi.
Ia mengatakan, nilai emas saat ini mendapatkan tekanan dari penguatan dolar AS nan tetap bakal bersambung hingga pilpres di Negeri Paman Sam itu usai. “Apabila Trump menang, nilai emas diperkirakan bakal kembali turun,” katanya.
Ia menyampaikan bahwa harga emas tetap mempunyai potensi untuk mengalami peningkatan meski tidak stabil. Lukman menyebut kenaikan tersebut rentan koreksi alias mempunyai kemungkinan untuk kembali turun.
Lebih lanjut, dia menilai bahwa waktu terbaik untuk membeli emas ketika harganya berada di level US$ 2.680 dan US$ 2.600. Sedangkan, untuk periode penjualan terbaik adalah ketika harganya mencapai level US$ 2.800 dengan optimisme bisa terus menanjak ke level US$ 3.000.
Adapun, peningkatan nilai emas internasional sendiri mengalami peningkatan nan sangat besar di tahun ini. “Sekitar 30 persen," ucapnya.
Pilihan Editor: Erick Thohir Angkat Iwan Bule jadi Komisaris Utama Pertamina