TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Sinergi BUMN Institute Achmad Yunus angkat bicara soal sasaran setoran dividen BUMN nan dipatok Menteri Erick Thohir pada tahun ini sebesar Rp 85 triliun. Menurut dia, sasaran dividen sebetulnya bukan ukuran utama dalam menilai keahlian perusahaan pelat merah.
Yang jauh lebih krusial untuk menilai kinerja, menurut Yunus, adalah tren penyertaan modal negara (PMN) untuk BUMN. Selain itu, sasaran dividen tersebut juga kudu dijawab dengan pertimbangan dan tata kelola BUMN nan baik.
“Tantangan pencapaian sasaran dividen itu kudu dijawab dengan pertimbangan sistem, tata kelola BUMN agar lebih profesional,” kata Yunus ketika dihubungi, Ahad, 9 Juni 2024.
Ia lampau menggarisbawahi sasaran setoran dividen hanya bisa dicapai dengan meningkatkan keahlian pengawasan di BUMN dan memecat para komisaris nan tak jelas latar belakang profesionalismenya.
“Siapkan skema insentif kepada BUMN agar tidak rugi saat melaksanakan pekerjaan penugasan dari pemerintah,” kata dia.
Soal para komisaris titipan di BUMN ini, menurut dia, hanya membebani keahlian perusahaan jika tak ada pertimbangan menyeluruh. “Pecat komisaris-komisaris BUMN dengan latar belakang profesionalisme nan tidak jelas dan hanya titipan partai politik."
Pernyataan Yunus menanggapi sasaran setoran dividen sebesar Rp 85 triliun nan disebutkan oleh Menteri BUMN saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, seperti dikutip dalam keterangan tertulis pada Sabtu, 8 Juni 2024. Angka itu melampaui dari realisasi dividen pada tahun 2023 sebesar Rp 81 triliun.
Erick Thohir Sebut Bersih-bersih BUMN Akan Diteruskan
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan keberhasilan pencapaian sasaran dividen selama ini lantaran sejumlah transformasi nan dilakukan. "Kita merencanakan pada 2024 itu dividen ditargetkan sebesar Rp 85 triliun alias naik dari Rp 81 triliun (dividen 2023)," ujarnya.
Capaian tersebut juga merupakan buah dari kerjasama nan baik antarpihak. Erick menyebut peran krusial Komisi VI DPR nan selalu mengawal dan mendukung program BUMN menjadi contoh.
Selain itu, ada pula peran dari kerja sama kementerian dan lembaga lain, serta dewan dan komisaris BUMN nan bekerja keras melakukan transformasi. Juga komitmen semua tim di Kementerian BUMN untuk mewujudkan target.
Erick memastikan program bersih-bersih BUMN terus melangkah berbareng abdi negara penegak norma alias APH. "Tadi seperti disampaikan teman-teman di Komisi VI, meski 90 persen ini kasus lama, tapi kami berkomitmen untuk melakukan bersih bersih BUMN terhadap oknum-oknum tanpa pandang bulu berbareng pihak kejaksaan, KPK dan Kepolisian,“ kata Erick.
Dividen BUMN Lebih Besar Dibanding PMN, Laba Tunai 2023 Rp 292 Triliun
Iklan
Erick Thohir sebelumnya menyebut proporsi dividen BUMN lebih besar dibandingkan penyertaan modal negara (PMN), ialah sebesar 55 persen dan 45 persen. Proporsi itu, jelas Erick, berubah secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan itu sesuai dengan sasaran Kementerian BUMN nan menginginkan dividen lebih besar dari PMN.
"Seperti sebelumnya, kumulatif antara dividen dan PMN itu tetap lebih besar dividennya, kurang lebih proporsinya 55 persen dibandingkan 45 persen," kata Erick di Gedung Nusantara I DPR, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024.
Dalam rapat kerja berbareng Komisi VI DPR, Erick menyampaikan sebaran realisasi dan usulan PMN tunai 2020-2024 sebesar Rp 226,1 triliun. Rinciannya, Rp 27 triliun pada 2020, Rp 68,9 triliun pada 2021, Rp 53,1 triliun pada 2022, Rp 35,3 triliun pada 2023, dan Rp 41,8 triliun pada 2024.
Selanjutnya, realisasi dan usulan dividen 2020-2024 sebesar Rp 279,7 triliun alias lebih besar dari PMN. Rincian dividen pada 2020 sebesar Rp43,9 triliun, Rp29,5 triliun pada 2021, Rp 39,7 triliun pada 2022, Rp 81,2 triliun pada 2023, Rp 85,5 triliun pada 2024.
"Total kontribusi kita kepada pendapatan negara dari dividen, pajak, PNBP, ini kurang lebih sudah mencapai 20 persen. Jadi dari total pendapatan negara 100 persen, kontribusi kita itu kurang lebih 20 persen," ujarnya.
Tak hanya dividen, Erick menyebut untung konsolidasi BUMN pada 2023 juga bakal mencapai Rp 309 triliun (Rp 292 triliun tunai) alias lebih tinggi dari 2021 nan sebesar Rp125 triliun dan 2022 sebesar Rp254 triliun. Erick mengatakan, total untung konsolidasi BUMN pada 2022 nan mencapai Rp309 triliun disebabkan ada untung non-cash senilai Rp 55,7 triliun dari hasil restrukturisasi Garuda Indonesia.
"Kalau kita lihat untuk 2023 kelak hasil audit, kita secara cash-nya ini Rp 292 triliun, artinya ada kenaikan cukup signifikan nyaris Rp 38 triliun lebih jika kita apple to apple secara cash-nya," ucap Erick.
ADIL AL HASAN | SAVERO
Pilihan Editor: Erick Thohir Usulkan PMN 2025 Rp44 T, Hutama Karya Dapat Terbanyak