Faisal Basri Pernah Ingatkan Potensi Pembengkakan Biaya Pembangunan IKN

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta -  Semasa hidupnys, ahli ekonomi senior Faisal Basri dikenal lantang mengkritisi kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi. Megaproyek pembangunan Ibu Kota Nusantara alias IKN pun tidak lepas dari perhatian pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) tersebut.

Suatu kali, Faisal Basri mengingatkan pemerintah ihwal potensi pembengkakan biaya pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur. Adapun pemerintah menganggarkan Rp 466 triliun untuk IKN, dengan porsi 20 persen pembiayaan dari anggaran pendapatan dan shopping negara (APBN) dan 80 persen dari non-APBN. "Minimal itu dua kali lipatnya. Bahkan, tiga kali lantaran hitungannya nggak benar," kata Faisal di Gedung Tempo, Senin, 4 Maret 2024.

Faisal menyampaikan perihal tersebut bukan tanpa alasan. Ekonom Universitas Indonesia ini menuturkan, anggaran untuk IKN tidak bisa hanya dihitung dari rencana pembangunan infrastruktur. Ada anggaran lain nan mesti disiapkan, misalnya untuk mitigasi bencana. "Ingat, di sana itu banyak sumur gas dangkal. Jika suatu saat muncul api, bisa diselesaikan. Tapi teknologinya mahal," ujar Faisal. "Itu belum dihitung."

Sebelumnya, potensi gas dangkal di IKN memang ditemukan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian ESDM periode saat itu, Rita Susilawati, mengatakan gas ditemukan saat tim mengecek kondisi bawah permukaan di IKN.

Potensi gas dangkal ini juga sudah pernah diungkap dalam obrolan kebencanaan mengenai IKN pada 14 Agustus 2020 nan dipublikasikan di laman resmi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah alias Bappeda Kalimantan Timur. Bappeda mencatat gas diidentifikasi menggunakan info sumur Tengin-1, Semoi-1, Belonak-1, dan Loa Haur-1.

Efek negatifnya adalah andaikan pada suatu saat beban di permukaan bertambah dengan bertambahnya bangunan, dikhawatirkan terjadi keretakan nan dapat menyebabkan munculnya gas ke permukaan dengan tekanan nan tinggi. Efek positifnya adalah keterdapatan gas ini dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan daya lokal.

Pada sumur Tengin-1 (lokasi IKN) kemunculan gas tergolong tinggi, dengan kandungan antara 3.000 hingga 5.000 unit. Kandungan gas digolongkan sebagai gas dangkal jika muncul di kedalaman 0 sampai 1000 meter. "Dilihat dari posisi keberadaan gas dangkal di kedalaman pada sumur Tengin-1 bisa dikatakan tetap kondusif untuk pembangunan kota dengan high density," demikian tertulis di laman resmi tersebut.

Kondisinya bakal seperti Balikpapan nan juga merupakan kota besar nan berada di atas reservoir gas dengan akumulasi nan besar. "Namun, akumulasi gas nan cukup besar sebaiknya tetap diwaspadai, terutama di area-area nan mempunyai area lemah nan bisa menjadi jalur migrasi gas ke permukaan," demikian keterangan lanjutannya.

Rita kemudian menjelaskan bahwa temuan gas tersebut diperoleh dari serangkaian kajian nan dilakukan tim di letak IKN pada 2020. Dalam paparannya, Rita mencatat keberadaan gas di bawah kedalaman 1000 meter ditemukan dari beberapa sumut nan ada di letak IKN ialah Tengin-1, Semoi-1, Belonak-1, dan Loa Haur-1.

Pada sumut Tengin-1, gas ditemukan dengan jumlah nan signifikan dengan kandungan antara 3.000 hingga 5.000 unit. Gas terdeteksi pada beberapa interval di kedalaman 398 meter hingga 1.734,5 meter pada unit batuan N2-N6. "Keterdapatan gas di kedalaman kurang dari 1.000 meter ini menunjukkan adanya potensi kemunculan gas dangkal di area calon ibu kota negara," kata dia.

Rita mencatat keberadaan gas dangkal tersebut dapat menimbulkan potensi musibah pada aktivitas masyarakat dan pengembangan bangunan sipil. Gas dapat muncul ke permukaan melalui zona-zona pada wilayah patahan alias pada lensa-lensa batupasir di puncak antiklin.

Fajar Pebrianto berkontribusi dalam penulisan tulisan ini.

Pilihan editor: Kilas Balik Mahfud Md Menunjuk Faisal Basri sebagai Tenaga Ahli Satgas TPPU

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis