Fakta-fakta Rupiah Melemah Terhadap US Dollar Belakangan Ini

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar(kurs) rupiah melemah terus terhadap dollar AS hingga menembus Rp 16.450 akhir pekan ini. Terutama setelah rapat majelis gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengumumkan keputusan mempertahankan suku kembang BI-Rate. Hal ini pun dinilai bakal berakibat pada beberapa hal. 

Untuk diketahui, pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah merosot 41 poin alias 0,25 persen menjadi Rp16.471 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.430 per dolar AS. 

"Rupiah diperkirakan kembali melemah terhadap dolar AS nan rebound setelah pernyataan 'hawkish' dari pejabat The Fed Minneapolis Kashkari," kata analis mata duit Lukman Leong di Jakarta, Jumat, 21 Juni 2024, dikutip dari Antaranews

Pernyataan The Fed
Pejabat The Fed Minneapolis Kashkari mengungkapkan AS butuh waktu lama alias 2 tahun untuk inflasi kembali ke sasaran 2 persen. Pernyataan tersebut memperkecil potensi penurunan suku kembang AS pada 2024.

Lukman Leong menilai, jika pelemahan rupiah terus berjalan maka bakal berat, walaupun pertumbuhan ekonomi domestik tetap berkisar 5 persen. Ia memperkirakan rupiah bakal bergerak di rentang Rp16.400 per dolar AS sampai dengan Rp16.550 per dolar AS.

Jokowi Panggil Beberapa Menteri
Dalam menyikapi nilai tukar nan terus melemah terhadap dollar AS, Presiden Jokowi pun memanggil beberapa menteri untuk membahasnya. Menteri Koordinator bagian Perekonomian Airlangga Hartarto disusul Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis sore. 

Selain itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga nampak hadir. 

Secara terpisah, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pelemahan rupiah nan terus terjadi merupakan perihal nan wajar mengingat perekonomian AS nan kian membaik. “Kita monitor saja dinamika alias perubahan beragam mata duit bumi (currency), US dollar menguat, lantaran ekonomi Amerika membaik,” kata Airlangga usai aktivitas Konferensi Pers Pengembangan King’s College London di Jakarta, Kamis, 20 Juni 2024.

Stabilitas Nilai Tukar Tetap Terjaga
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan nan ditempuh Bank Indonesia.
Adapun stabilitas nilai tukar rupiah ke depan bakal didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia nan tetap baik.

Iklan

"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan bakal bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah," kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Juni 2024 di Jakarta, Kamis 20 Juni 2024 dikutip dari Antaranews.

BI Pertahankan Suku Bunga
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis, 20 Juni 2024, ditutup melemah usai pengumuman keputusan rapat majelis gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), nan mempertahankan suku kembang BI-Rate.

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku kembang referensi alias BI-Rate di level 6,25 persen disebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024 dan 2025.

Dampak Nilai Tukar Rupiah Melemah
Sejumlah analis memperkirakan rupiah bakal mencapai kisaran Rp 17.000 per dolar AS. “Bisa ke Rp 17.000 jika BI kurang garang mengintervensi, tetapi saya percaya BI telah mengantisipasi perihal ini,” ucap pengamat komoditas dan mata duit dari DCFX Futures, Lukman Leong, Senin, 17 Juni 2024. 

Hal itu pun dinilai rawan dan berakibat pada banyak hal. Salah satunya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyebut bakal berakibat pada kenaikan cost of doing business nan tidak hanya pada beban impor bahan baku alias bahan penolong saja, tetapi berkapak pada komponen beban upaya lain seperti beban logistik alias transportasi, keuangan, dan lainnya. 

Di sisi lain, master ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Rudi Purwono menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal berakibat pada sektor impor termasuk nilai minyak nan jika naik juga bakal memengaruhi kebijakan pemberian subsidi BBM (bahan bakar minyak) serta berpengaruh ke utang luar negeri. 

SUKMASARI | ANDIKA DWI | MELYNDA DWI PUSPITA | ANNISA FEBIOLA
Pilihan editor: Rupiah Jeblok, Biaya Pembangunan IKN Bisa Membengkak Hingga Berapa?

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis