Gubernur BI Yakin Cara Ini Dapat Menstabilkan Kurs Rupiah yang Terus Anjlok

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bakal mengoptimalkan seluruh instrumen moneter untuk menstabilkan nilai tukar rupiah nan terus anjlok. Dia menyatakan mata duit RI bakal segera menguat.

Perry menyampaikan perihal ini usai rapat Presiden Joko Widodo alias Jokowi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis sore, 20 Juni 2024.

Langkah BI itu termasuk peningkatan intervensi di pasar valas serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimasi instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI).

“Kami terus berada di pasar, berulang kali kami sampaikan, kami bakal terus ada di pasar,” kata Perry. Bank Indonesia, kata dia, mempunyai persediaan devisa US$ 139 miliar nan dapat digunakan saat terjadi outflow.

BI juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan bumi upaya untuk mendukung penerapan instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023.

“Kami bakal koordinasikan juga dengan Kemenkeu sekuritas kami, rupiah untuk jangka pendek untuk menarik inflow, agar outflow tak terus-terusan, dan memperkuat stabilitas rupiah,” kata Perry.

Iklan

Berdasarkan info Bloomberg pada Kamis sore, rupiah mengakhiri perdagangan dengan turun 0,40 persen alias 65 poin ke posisi Rp 16.430 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau naik 0,24 persen ke posisi 105,132.

Menanggapi makin anjloknya nilai tukar rupiah, Perry mengatakan secara esensial mata duit RI trennya bakal menguat. Dia mengungkit inflasi Indonesia saat ini melandai di nomor 2,8 persen, pertumbuhan ekonomi cukup tinggi di 5,1 persen, hingga angsuran meningkat ke nomor 12 persen, dan imbal hasil investasi Indonesia juga baik. “Inflasi kita rendah, growth bagus, kreditnya bagus," kata Perry.

Adapun salah satu aspek penyebab melemahnya rupiah adalah Fed Fund Rate nan tidak dapat diprediksi dan kenaikan suku kembang obligasi pemerintahan Amerika 4,5 persen hingga 6 persen.

Pilihan Editor: Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Menumpuk Akibat Gangguan Server Pusat Data Nasional

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis