1 bulan yang lalu
TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas mengalami lonjakan signifikan sepekan terakhir. Setelah pecah rekor di nilai Rp1.495.000 per gram pada Sabtu, 12 Oktober 2024 lalu, komoditas ini diperkirakan terus tumbuh dan konsisten menjadi safe haven bagi investor.
Pada Senin, 14 Oktober 2024, nilai emas turun Rp5.000 alias di level Rp1.490.000. Namun, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan perubahan nilai emas merupakan perihal nan wajar. Ia menilai dalam jangka panjang pertumbuhannya terus positif.
Penurunan nan terjadi pada Senin, kata dia, merupakan imbas dari deflasi nan terjadi di China. Menurutnya, Pemerintah Tiongkok telah mengumumkan hendak memberikan stimulus untuk menggenjot daya beli.
“Terdekat, hitungan bulan ini kita menunggu pemangkasan suku kembang Bank Sentral AS, kemungkinan November 50 pedoman poin,” kata Ibrahim kepada Tempo, Senin, 14 Oktober 2024.
Pemangkasan suku kembang Bank Sentral AS alias The Fed dia kira bakal membikin nilai emas menguat cukup signifikan. Jika penurunan suku kembang The Fed sesuai ekspektasi, Ibrahim mengatakan nilai emas bisa melambung.“Jadi jika di Indonesia bisa tembus Rp1.500.000-an,” katanya.
Iklan
Bahkan, dia memprediksi nilai emas bisa melanjutkan tren hingga Rp1.600.000. Namun, dia memperkirakan itu bisa terjadi jika harganya bisa melampaui Rp1.550.000 terlebih dulu dalam waktu dekat. “Emas tentunya terus menjadi safe haven lantaran konsisten melawan inflasi,” ujarnya.
Analis mata duit dan komoditas, Lukman Leongarga, kembali mendekati all time high di nilai US$ 2.685 per ons. Bahkan, andaikan eskalasi di Timur Tengah semakin memanas dia memprediksi nilai emas bisa melewati US$ 2.700 per ons.
“Namun andaikan tidak ada perkembangan baru dari Timur Tengah, nilai emas diperkirakan di rentang US$ 2.635-2.685 (per ons),” ujar Lukman.
Pilihan Editor: Terkini: Profil Benny Laos, Pengusaha nan Tewas dalam Kebakaran Kapal; Temasek Holdings, BUMN Singapura nan Disebut-sebut bakal Ditiru Prabowo
English (US) · 
Indonesian (ID) ·