Jakarta, CNN Indonesia --
Pilkada Jawa Timur 2024 diprediksi bakal terus berjalan bergerak hingga hari pencoblosan pada 27 November 2024. Direktur Eksekutif Lembaga Riset Politik Polbrain, Airlangga Pribadi Kusman, mengatakan bahwa meskipun dua pasangan calon telah mengemuka, persaingan tetap sangat ketat, terutama dengan adanya golongan pemilih nan tetap bisa beranjak hingga detik-detik terakhir.
"Kami memandang situasi Pilkada Jatim tetap dinamis, apalagi sampai hari H nanti. Meski demikian, kudu diakui konsentrasi publik sudah mengerucut pada dua pasangan calon, ialah Khofifah-Emil dan Risma-Gus Hans. Keduanya bakal saling berebut pemilih nan belum menentukan serta pemilih masing-masing kubu nan tetap bisa berubah," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (15/11).
Berdasarkan survei terbaru dari Polbrain, Khofifah-Emil saat ini memimpin dengan elektabilitas sebesar 49,3 persen, sementara pasangan Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) mengikuti dengan 35,2 persen. Pasangan Luluk Nurhamidah-Lukmanul Khakim berada di nomor 5,3 persen, sementara 10,2 persen responden tetap belum memutuskan pilihan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga menyebut bahwa persaingan praktis sekarang terbatas pada dua pasangan tersebut, dengan total elektabilitas mereka mencapai lebih dari 85 persen suara.
"Di sisa waktu nan ada saat ini, baik Khofifah-Emil maupun Risma-Gus Hans kudu memacu diri pada lap terakhir untuk bisa mengunci kemenangan," jelas dia.
Menurut Airlangga, ada tiga aspek utama nan bakal mempengaruhi hasil Pilkada Jatim. Pertama, golongan pemilih nan belum memutuskan pilihan.
Sekitar 10 persen responden tetap dalam kategori undecided voters, nan menjadi sasaran utama bagi kedua pasangan calon.
Kedua, terdapat sejumlah pemilih nan sudah menentukan pilihan tetapi tetap terbuka untuk berubah. Berdasarkan survei, 44,3 persen pemilih menyatakan bahwa mereka bisa saja mengubah pilihan mereka saat pemungutan bunyi berlangsung.
"Ceruk pasar inilah nan bakal menjadi penentu utama, medan pertempuran paling penting, bagi Risma-Gus Hans dan Khofifah-Emil. Artinya situasi bisa berubah signifikan jika swing voters ini bisa digaet," jelasnya.
Faktor ketiga adalah sejauh mana pasangan Luluk-Lukman dapat mengoptimalkan support dari pedoman Nahdliyin mereka. Khofifah, nan mempunyai hubungan kuat dengan PKB dan Nahdlatul Ulama, bisa terpengaruh jika Luluk sukses menggerakkan lebih banyak bunyi dari kalangan ini.
"Artinya tetap ada cukup waktu, baik Risma-Gus Hans maupun Khofifah-Emil untuk menentukan hasil akhir, apakah Risma-Gus Hans bisa menyalip di lap terakhir, alias Khofifah-Emil memperkokoh posisinya," tuturnya.
Sebagai informasi, Survei Polbrain dilakukan pada 18-23 Oktober 2024, dengan melibatkan 1.000 responden nan tersebar secara proporsional di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.
(rir/rir)