TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir alias PLTN. Bekerja sama dengan Amerika Serikat, Indonesia mendapat pembiayaan perjanjian hibah sebesar USS 2,3 juta alias Rp 34 miliar untuk pengembangan program.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edi Prio Pambudi mengatakan salah satu teknologi nuklir nan bakal dimanfaatkan adalah reactor modular mini alias Small Modular Reactor (SMR). Pengembangan pembiayaan bakal dilaksanakan di Pantai Gasong, Provinsi Kalimantan Barat.
“Kita perlu ada tambahan sumber daya nan bisa lebih sigap dan lebih tahan lama,” ujar Edi di Kantor Kemenko Perekonomian, kamis 30 Mei 2024.
Edi mengatakan, sejak 2023 pemerintah telah mengkaji teknologi penggunaan teknologi nuklir SMR untuk kepentingan suppai energi. Karena Indonesia mempunyai smelter cukup banyak dan punya industri nan kapabilitas listriknya besar, termasuk untuk semikonduktor.
Kerja sama dilakukan dengan Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat alias US Trade and Development Agency (USTDA). Pada 28 Februari lampau USTDA dan PLN Indonesia Power telah menandatangani perjanjian support teknis. Kajian pembangunan tersebut berisi 18 bab nan membahas pertimbangan lokasi, soil test, sumber bahan bakar, grid impact, biaya komunikasi stakeholder dan kajian mitigasi risiko.
Iklan
Pada April 2024, AS mengusulkan SMR sebagai salah satu area program kerja sama dalam perjanjian Indo-Pacific Economy Framework (IPEF) Pilar III alias daya bersih. Adanya pembahasan SMR dalam kerja sama IPEF diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan SMR Nuklir di Indonesia.
Selain AS, Edi mengatakan pemerintah juga membuka kesempatan kerja sama pembangkit listrik tenaga nuklir dengan Korea lantaran negara tersebut juga mempunyai teknologi nan serupa.
Pilihan Editor: Jokowi Akan 'Cawe-cawe' Beresi Bea Cukai, Ini Deretan Masalah nan Disorot Masyarakat