TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh negara penghasil emisi terbesar dari produksi energi mengeluarkan rekor 24,5 miliar metrik ton karbon dioksida (CO2) pada tahun 2023, menurut Tinjauan Statistik Energi Dunia dari Institut Energi tahun 2024.
Namun Indonesia berbareng Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan mencatat penurunan emisi daya pada tahun 2023.
Emisi sektor daya Indonesia mencatat penurunan sebesar 3 juta ton pada tahun 2023 dari total emisi pada tahun 2022, namun diperkirakan bakal naik dalam waktu dekat lantaran tingginya ketergantungan negara pada batu bara untuk pembangkit listrik.
Batubara menghasilkan 62% listrik negara pada tahun 2023, sementara gas alam menghasilkan tambahan 18%, menurut lembaga think tank Ember.
Ketergantungan nan tinggi pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik tampaknya bakal memastikan bahwa produsen listrik di Indonesia, berbareng dengan produsen listrik di Cina dan India, tetap menjadi penghasil daya terbesar meskipun ada upaya di negara lain untuk mengendalikan polusi energi.
Dan lantaran emisi daya juga meningkat di negara-negara tetangga nan berkembang pesat seperti Vietnam dan Filipina, total polusi sektor daya dunia tampaknya bakal terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Polusi daya di Jepang turun 68,4 juta ton menjadi 1,01 miliar ton ke tingkat terendah dalam lebih dari 20 tahun, sementara emisi di Korea Selatan turun nyaris 22 juta ton ke level terendah dalam 13 tahun terakhir ialah 571 juta ton.
Sektor daya Jerman mengurangi emisi nyaris 10% pada tahun 2023 menjadi 572 juta ton, nan merupakan rekor terendah.
Dorongan berkepanjangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mempercepat pengembangan pasokan daya ramah lingkungan tampaknya bakal menjaga emisi Jerman tetap rendah.
Jumlah total kerugian tersebut adalah 582 juta ton lebih banyak dari jumlah total pada tahun 2022, dan perihal ini terjadi meskipun terjadi penurunan emisi tahunan di lima dari 10 negara dengan polusi terbesar di dunia.
Tiga negara penghasil emisi terbesar
Tiga negara penghasil polusi daya terbesar adalah Cina, Amerika Serikat, dan India, nan bersama-sama menyumbang lebih dari 53% polusi daya pada tahun lalu.
Cina sendiri mengeluarkan emisi sebesar 11,2 miliar ton, nan menandai lonjakan emisi sebesar 642 juta ton pada tahun 2022, dan merupakan peningkatan tonase tahunan terbesar sejak tahun 2011.
Lonjakan emisi ini mencerminkan peningkatan aktivitas industri Cina pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, ketika kombinasi pembatasan pergerakan COVID-19 ditambah krisis angsuran sektor bangunan melemahkan aktivitas ekonomi.
Produksi baja bangunan dan semen Cina tetap tertekan, sehingga membantu mengendalikan emisi dari industri berat pada tahun 2024.
Iklan
Namun produksi barang-barang lain menunjukkan tanda-tanda ekspansi, nan bakal mendorong peningkatan permintaan daya – dan emisi – secara keseluruhan di masa depan.
Emisi India juga mencapai nomor tertinggi baru ialah 2,8 miliar ton pada tahun 2023, naik 219 juta ton, alias 8%, dari total emisi pada tahun 2022.
Emisi sektor daya India telah tumbuh rata-rata 8% per tahun sejak tahun 2021, dibandingkan dengan pertumbuhan 3% di Cina pada periode tersebut.
Ketergantungan negara ini pada batu bara untuk lebih dari 75% produksi listriknya berfaedah bahwa tren emisi bakal terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan, apalagi ketika perusahaan-perusahaan listrik membangun lebih banyak kapabilitas pembangkit listrik terbarukan.
Emisi dari Amerika Serikat mencatat kontraksi sebesar 158,5 juta ton pada tahun 2023 menjadi 4,64 miliar ton, nan merupakan pelepasan terendah dari sektor daya sejak tahun 2020 ketika pembatasan pergerakan akibat COVID menghalang aktivitas penyulingan dan permintaan bahan bakar.
Ketika perusahaan-perusahaan utilitas di AS meluncurkan kapabilitas pembangkit listrik terbarukan dengan kecepatan tinggi dan terus melakukan pengurangan terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara, pengurangan emisi tambahan dari sektor ketenagalistrikan AS kemungkinan besar bakal terjadi hingga sisa dasawarsa ini.
Penyumbang Emisi
Rusia, Arab Saudi, dan Iran semuanya mencatat kenaikan emisi daya pada 2023.
Sebanyak 1,6 miliar ton CO2 di Rusia merupakan nomor emisi daya tertinggi di negara tersebut sejak pertengahan tahun 1990an, dan menandai peningkatan polusi di negara tersebut selama tiga tahun berturut-turut.
Sekitar 60% pembangkit listrik Rusia berasal dari bahan bakar fosil, nan merupakan produsen utama daya negara tersebut.
Arab Saudi mencatat peningkatan emisi sektor ketenagalistrikan selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2023 menjadi 620,4 juta ton, meskipun peningkatan polusi daya sebesar 11 juta ton merupakan peningkatan tahunan terkecil di negara tersebut sejak negara tersebut mencatat penurunan emisi daya sekitar 20 juta ton pada tahun 2020.
Emisi daya Iran meningkat sebesar 6,5 juta ton dari tahun 2022 ke rekor baru sebesar 683,6 juta ton. Karena gas alam menyumbang lebih dari 86% pembangkit listrik Iran, pertumbuhan emisi daya nasional kemungkinan besar bakal terjadi di masa depan.
REUTERS
Pilihan Editor Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Gandeng Kerja Sama dengan India Soal AI