Jokowi Jadi Bapak Konstruksi Indonesia, Apa Bedanya dengan Soeharto Bapak Pembangunan?

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menerima penghargaan sebagai Bapak Konstruksi Indonesia dari Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) dalam aktivitas Refleksi dan Catatan 10 Tahun Pemerintahan Jokowi di Bidang Konstruksi, Infrastruktur, dan Investasi di Jakarta, Rabu, 31 Juli 2024.

"Gapensi memberikan penghargaan kepada Bapak Presiden sebagai Bapak Konstruksi Indonesia," kata Ketua Umum Gapensi Andi Rukman Nurdin.

Andi Rukman menyerahkan secara langsung sebuah helm baja kepada Presiden Joko Widodo dalam aktivitas tersebut sebagai simbol Bapak Konstruksi Indonesia.

Ketua Umum Gapensi menyampaikan penghargaan lantaran Jokowi dinilai konsisten melaksanakan janji-janji pembangunan dalam kampanyenya dahulu.

Menurut dia, pembangunan prasarana terlaksana dengan baik selama masa pemerintahan Jokowi. "Terima kasih Bapak Presiden tidak henti-hentinya membangun Indonesia dari Sabang sampai Merauke," ujar Andi.

Ia berambisi agar Pemerintah bisa menjadikan tanggal 8 Januari, nan bertepatan dengan tanggal berdirinya Gapensi, sebagai Hari Konstruksi Indonesia.

Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa sejak awal pemerintahannya 10 tahun lampau memang berfokus pada pembangunan infrastruktur, baik untuk konektivitas, jasa dasar, pangan, maupun industri.

"Tadi angka-angkanya, berapa kilometer jalan tol, jalan nasional, sudah disampaikan semua di layar. Berapa jumlah pelabuhan besar, sedang, dan kecil, airport baru, sudah disampaikan semua. Saya percaya ini juga kontribusi besar dari Gapensi, baik pusat maupun di daerah," katanya.

Jokowi berpesan agar Gapensi dalam kontribusinya terhadap pembangunan tidak hanya membangun gedung beton saja, tetapi juga memikirkan estetika, keindahan, lanskap, dan aspek lingkungan.

Soeharto Bapak Pembangunan

Iklan

Presiden Soeharto mendapat gelar Bapak Pembangunan Indonesia dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melalui Tap MPR No V tahun 1983, berbarengan dengan pengangkatan kembali mantan Pangkostrad itu sebagai Presiden RI untuk ketiga kalinya.

Sebelum pemberian gelar itu, di TVRI nyaris tiap hari ada buletin tentang pernyataan dari sejumlah tokoh, ketua daerah, organisasi menyuarakan kebulatan tekad mendukung pemberian gelar Soeharto sebagai Bapak Pembangunan RI, nan akhirnya ditanggapi MPR dengan mengeluarkan Ketetapan tersebut.

Waktu itu, Soeharto dipuji-puji sukses membangun Indonesia dengan mendirikan sekolah, ruah sakit, puskesmas, dan prasarana lain melalui Pembangunan Lima Tahunan (Pelita). 

Namun dia dipandang anti-demokrasi sehingga muncul gelombang anti-Soeharto dalam aktivitas Reformasi 1998. Soeharto kemudian mundur dan berakhirlah era Orde Baru nan berkuasa 32 tahun.

Dikritik Megawati

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengkritik penyematan gelar 'Bapak Pembangunan' nan melekat pada Presiden Kedua RI Soeharto.

Megawati menilai Soeharto lebih memilih pembangunan prasarana daripada sumber daya manusia. "Apa pembangunannya? Karena jika bagi kami, pembangunan paling krusial adalah pembangunan mental bangsa, bukan fisik," kata Megawati saat menghadiri Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Partai Perindo di iNews Tower, Jakarta Pusat, Selasa, 30 Juli 2024.

Mega mengatakan terjadi proses de-Soekarnoisasi selama pembangunan di masa Soeharto. Dia menilai ada proses mereduksi nilai-nilai dan pendapat proklamator, Soekarno, selama Soeharto berkuasa. "Waktu itu beliau melakukan de-Soekarnoisasi," ujarnya.

Lebih lanjut, Mega turut mengungkap bahwa dirinya sempat kesulitan memperoleh pendidikan Soekarnois saat tetap muda. Dia merasa dirinya dan kawan-kawan seangkatannya menjadi korban Soeharto.

"Saya tidak ada masalah dengan beliau, tetapi dalam langkah berpikir dan berpolitiknya. Saya sendiri sampai hari ini tidak mengerti. Saya jadi korban juga, temen-temen saya," tuturnya.

Tak sampai di situ, Mega meminta agar generasi muda tak melupakan nilai-nilai Soekarno agar sumber manusia Indonesia dapat mendasarkan diri kepada Pancasila. "Soekarno itu sosok nan visioner, memandang kita kaya raya dan berbudaya," ucapnya. 

Soeharto merupakan Presiden Indonesia kedua setelah Soekarno. Ia berkuasa mulai 1967 hingga 21 Mei 1998. 

ANTARA | SAVERO ARISTIA WIENANTO

PILIHAN EDITOR Persis, NU dan Muhammadiyah Sama-sama Terima Tawaran IUPK Jokowi, Apa Perbedaan Alasan Mereka?

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis