Jakarta, CNN Indonesia --
Kapolsek Cisauk AKP Dhady Arsya mengungkap kronologi singkat peristiwa dugaan penggerudukan penduduk terhadap sekelompok mahasiswa nan menggelar ibadah Doa Rosario di Serpong, Tangerang Selatan.
Dhady mengatakan pada Minggu (5/5) malam sekitar pukul 21.00 WIB, ada umat Kristiani nan sedang mengadakan angan Rosario.
"Akhirnya sudah diingatkan sama tokoh sekitar, sama RT, untuk bercempera lantaran sudah malam, rupanya belum bercempera juga," kata Dhady saat ditemui di Kantor Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Senin (6/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dhady menyebut situasi menjadi panas. Keributan tak terhindarkan hingga ada nan menggunakan kekerasan.
"Akhirnya timbul tuh sedikit kegaduhan, sehingga ada keributan. Dilerai sama warga, nan melerai tersebut ya kena pukul," sambung dia.
Dhady menjelaskan bahwa peristiwa ini sudah ditangani oleh Polres Tangerang Selatan. Ia mengakui ada mahasiswa wanita nan terluka dalam peristiwa tersebut.
"Ada wanita juga nan kegores itu. Itu perlu kita buktikan apa itu betul kena luka bacok alias kena goresan lain. Itu nan tetap didalami ya," jelas Dhady.
"Ada goresan luka ringan gitu. Nanti pihak polres, penyidik, nan bakal memandang visumnya seperti apa," kata dia.
Pengakuan mahasiswa
Perwakilan mahasiswa, Legy mengatakan mulanya aktivitas angan melangkah dengan diikuti 15 orang. Jelang aktivitas angan selesai, Ketua RT setempat datang ke letak seraya berbicara kata-kata kasar.
"Kami selesai doa, pak RT datang, dia ngomong 'bangsat, anjing, tolol, jangan ibadah di sini'," ujar Legy saat ditemui di Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Senin (6/5).
Kedatangan Ketua RT itu diiringi penduduk dalam jumlah nan banyak. Legy menyebut Ketua RT nan dimaksud juga meminta agar mereka bermohon di gereja.
"Pak RT datang duluan. Dia ngomongnya keras gitu. Keras, terus penduduk datang banyak-banyak. Warga nan pakai motor berhenti," ucap Legy.
Sementara itu, ketua RW 002 Marat menyebut selama ini sudah ada keluhan dari penduduk ke Ketua RT atas aktivitas mahasiswa di sana. Hingga kemudian Ketua RT bertindak.
Selain itu, Marat mengatakan warganya lebih dulu dipukul saat menggeruduk sekelompok mahasiswa itu. Hal itu berasas pengakuan warga. Marat sendiri datang di TKP saat perselisihan itu terjadi.
"Saya datang ke situ, 'Udah, udah, jangan pada emosi'. 'Bukan begitu, lantaran saya sudah kena pukul pak RW. Saya kepukul'," kata Marat saat ditemui di Kantor Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Senin (6/5).
Terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan Dedi Mahfudin mengungkapkan proses mediasi antara penduduk dan mahasiswa sudah dilakukan pada Senin (6/5) pagi tadi.
Dedi menyatakan mediasi tersebut membuahkan hasil semua pihak sudah islah dan saling mengampuni satu sama lain.
"Alhamdulillah tapi semua sudah selesai tadi info saya Terima. Sudah dimediasi. Dilakukan islah. semua saling memaafkan," kata Dedi kepada CNNIndonesia.com, Senin.
"Dan dijamin mahasiswa nan ngekos di sana dijaga keamanannya," tambahnya.
Dedi menjelaskan mediasi tersebut diikuti berbareng FKUB, tokoh masyarakat, kepolisian dan Kepala Kanwil Kemenag Banten. Ia memastikan persoalan tersebut sudah ditangani dan tak berlarut-larut.
"Tapi semuanya sudah menerima. Sudah saling memaafkan. Ini info sementara nan saya terima," kata dia.
(pop/rzr/bmw)
[Gambas:Video CNN]