TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi organisasi masyarakat sipil nan terdiri dari Enter Nusantara, Greenpeace Indonesia, dan Market Forces menggelar tindakan bersepeda di car free day Jakarta hari ini, Ahad, 5 Mei 2024.
Dalam tindakan ini, mereka mendesak kepada sejumlah bank, baik di Indonesia maupun internasional, untuk berakhir memberikan support pendanaan daya kotor seperti batu bara, dan segera beranjak ke daya baru terbarukan (EBT).
Adapun bank-bank nan dimaksud di antaranya bank nan berada di bawah kendali Mitsubishi UFJ Financial Group, lampau bank-bank lain seperti BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri.
Juru Kampanye Iklim dan Energi dari Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyani mengatakan, bahwa daya kotor seperti batu bara sepatutnya sudah banyak ditinggalkan. Hal ini didukung dengan laporan Badan Energi Internasional, nan menyatakan bahwa sejak 2023 semestinya tidak ada lagi ekspansi aset batu bara manapun.
"Jika lembaga finansial seperti bank tetap mendanai daya kotor, maka mereka juga ikut andil dalam memperparah akibat krisis iklim," ujarnya dalam keterangannya, Minggu, 5 Mei 2024.
Tidak hanya terlibat memperparah kondisi iklim, dia menilai jika perbankan nan tetap memberikan support pendanaan terhadap daya kotor sudah jauh dari komitmen transisi Indonesia dan net zero emission di 2060.
Padahal, ancaman pertumbuhan emisi terbesar di Indonesia berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap alias PLTU batu bara captive alias PLTU batu bara nan didedikasikan untuk akomodasi industri seperti smelter. Menurut Koordinator Enter Nusantara, Reka Maharwati, bank-bank tersebut berpotensi terekspos akibat suasana serta finansial nan lebih parah di masa mendatang.
Iklan
"Indikasi akibat bagi bank-bank nan tidak punya kebijakan coal exit dan nan tetap terlibat Adaro nyata," ucapnya.
Ia membandingkan dengan bank internasional lain seperti Standard Chartered dan DBS, nan sudah meninggalkan Adaro lantaran ekspansi batu baranya. Sedangkan bank-bank di Indonesia pada tahun lampau tetap terlibat dalam pendanaan proyek PLTU batu bara captive baru Adaro di Kalimantan Utara.
Ia mengatakan, bahwa secara luas perbankan Indonesia tetap kandas keluar dari sektor batu bara. Padahal, ucapnya, untuk mencegah akibat terburuk dari krisis iklim, semestinya perbankan ikut berkedudukan dengan berakhir menopang ekspansi tambang dan PLTU batu bara.
Adapun Bank Mandiri menjadi bank Indonesia nan berinvestasi paling besar di sektor batu bara, berasas laporan dari Urgewarld. Dalam tiga tahun ke belakang, Bank Mandiri sudah mendanai US$ 3,1 miliar ke sektor batu bara. Disusul oleh BRI sebesar US$1,6 miliar.
Pilihan Editor: Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum bakal Ikuti