TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan kerjasama berbareng Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk mewujudkan efisiensi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di perkeretaapian.
Public Relations Vice President PT KAI, Anne Purba, mengatakan kereta api adalah pikulan massal nan bebas dari kemacetan, irit energi, mengurangi beban jalan raya, mempunyai tingkat keselamatan tinggi, dan jadwalnya tepat waktu. Karena itu, menurutnya krusial untuk diberikan support berupa BBM subsidi.
"Penggunaan kereta api untuk pikulan peralatan juga mempunyai banyak kelebihan dibanding transportasi darat lainnya ialah ramah lingkungan. Sudah sewajarnya diperlukan support seluruh stakeholder guna perkembangannya, salah satunya dengan support pemberian kuota BBM subsidi bagi transportasi kereta api," kata Anne dalam keterangan resmi nan diterima Tempo pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
Saat ini, pemakaian BBM subsidi di kereta api sudah diatur dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi RI Nomor 53/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2024 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 94/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2023.
"Keputusan itu tentang penetapan kuota jenis bahan bakar minyak tertentu jenis minyak solar (gas oil) untuk sarana transportasi darat berupa kereta api umum penumpang dan peralatan tahun 2024," imbuhnya.
Aturan tersebut menetapkan kuota bahan bakar minyak jenis solar (Gas Oil) untuk transportasi darat, ialah Kereta Api Umum Penumpang dan Barang, sebesar 196.653 Kiloliter (KL) untuk tahun 2024.
Secara rinci, kuota bahan bakar kereta api tahun 2024 dialokasikan sebesar 172.849 KL untuk Kereta Api Penumpang, 1.050 KL untuk Kereta Api Barang komoditas klinker, 2.529 KL untuk komoditas parcel, 15.539 KL untuk komoditas peti kemas, dan 4.686 KL untuk komoditas semen.
Iklan
Anne Purba menyampaikan tingkat efisiensi bahan bakar kereta api untuk pikulan peralatan jauh lebih tinggi dibanding moda transportasi darat lainnya. Kereta api saat ini tidak hanya digunakan untuk mengangkut batu bara, tetapi juga beragam komoditas lain seperti peti kemas, semen, dan barang-barang retail.
Berdasarkan Guidelines to Defra/DECC’s GHG Conversion Factors for Company Reporting, Anne menjelaskan bahwa penggunaan kereta api untuk pikulan peralatan menghasilkan efisiensi bahan bakar hingga 79 persen dan bisa mengurangi emisi karbon sekitar 99 persen. Namun, saat ini pikulan peralatan berbasis rel baru menyumbang sekitar 2 persen dari total pikulan peralatan darat di Indonesia.
Selanjutnya, dalam kerjasama ini KAI bakal berkomitmen untuk memanfaatkan alokasi BBM subsidi nan ditetapkan pemerintah melalui BPH Migas secara optimal demi mendukung mobilitas pikulan peralatan dan penumpang dengan kereta api.
“KAI juga bakal terus menjalin kerja sama dengan stakeholder mengenai seperti BPH Migas untuk memastikan penyaluran BBM subsidi melangkah dengan lancar serta sesuai patokan nan ditetapkan sehingga tetap memenuhi prinsip Good Corporate Governance (GCG),” tuturnya.
Pilihan Editor: Ledakan Pabrik di IMIP Kembali Terjadi, Satu Pekerja Dilaporkan Meninggal