TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Eugenia Mardanugraha namalain Jeni mengatakan penyebab nilai bawang putih mahal. Ia menyebut kualitas bawang putih impor dari Cina jelek lantaran hujan.
"Kami menghimpun info mengenai apa nan menyebabkan nilai bawang putih meningkat. Menurut keterangan dari importir bawang putih, sekarang barangnya bukan nan bagus sehingga menyantap biaya cukup tinggi untuk menyimpannya," kata Jeni di Gedung KPPU, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 Mei 2024.
Sesampainya di Indonesia, bawang basah bisa mengalami penyusutan nan besar, maka perlu treatment unik agar peralatan itu bisa disimpan lama. Sejauh ini, menurut Jeni, impor bawang putih baru dari Cina, 95 persen impor dan 5 persen perkebunan lokal.
Anggota Perkumpulan Pengusaha Bawang Putih dan Umbi Indonesia (Pusbarindo) Bang Bang Santoso mengatakan kualitas bawang jelek lantaran cuaca buruk.
Dia juga mengatakan, selain kualitas bawang putih, realisasi impor nan disebabkan publikasi Surat Penerbitan Impor (SPI) tetap kurang lantaran importir tetap mempunyai stok barang. Bawang putih kualitas jelek itu disimpan bisa untuk waktu 6 bulan.
"Nanti pertengahan Juni mereka bisa mengimpor kualitas nan bagus dan kami optimistis harganya bakal turun," ujar Bang Bang di Gedung KPPU, Jakarta Pusat pada Selasa. "Cuaca (pemicu jeleknya bawang putih). Tahun 2023 memang cuaca enggak bagus pada saat mereka jemur lantaran hujan jadi otimatis kualitasnya kurang bagus."
Selanjutnya: Izin impor nan diberikan pemerintah, dia memperkirakan, sekitar 50 ribu ton....
- 1
- 2
- Selanjutnya