TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2024 bakal lebih lambat.
Peneliti Makroekonomi dan Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky, mengatakan dorongan pertumbuhan tidak seperti pada kuartal 1 2024. “Namun pertumbuhannya tetap pada kisaran 5 persen,” ujarnya, Selasa 7 Mei 2024.
Laporan Analisis LPEM UI berjudul Indonesia Economic Outlook triwulan II 2024, dipaparkan pertumbuhan perekonomian domestik kuartal pertama dipenuhi beragam peristiwa selama tiga bulan pertama. Seperti penyelenggaraan Pemilu dan seremoni Ramadhan nan dibarengi dengan beberapa periode libur panjang. Hal itu mendorong tingkat konsumsi secara umum. “Sementara di kuartal kedua tidak,” kata Riefky.
Badan Pusat Statistik memaparkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen secara tahunan alias year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024, meningkat dibanding kuartal sebelumnya. Konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Secara sektoral, penyumbang utama ekonomi triwulan I-2024 dari sisi produksi berasal dari industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, pertanian, serta pertambangan. Lima sektor tersebut menyumbang pertumbuhan ekonomi secara positif dengan total kontribusi 63,61 persen terhadap PDB.
Industri pengolahan tercatat sebagai sumber pertumbuhan terbesar sebesar 0,86 persen, diikuti oleh bangunan 0,73 persen, dan pertambangan dan penggalian 0,68 persen, serta perdagangan sebesar 0,6 persen.
Iklan
Riefky mengatakan penyumbang utama PDB ke dapan tetap didorong konsumsi. Sektor bangunan dan perdagangan juga tetap bakal menjadi penyumbang tertinggi. Sementara itu, kontribusi sektor pertanian terus turun.
Lewat pernyataan tertulis Menteri Keuangan, Sri Mulyani, 6 Mei 2024, sektor pertanian mencatatkan kontraksi sebesar 3,5 persen yoy. Penurunan dipengaruhi oleh bergesernya musim panen akibat kekeringan panjang alias El Nino nan menyebabkan tertundanya musim tanam.
Sri Mulyani mengatakan Pemerintah bakal terus melakukan monitoring dan asesmen terhadap potensi akibat dari dinamika dunia terhadap perekonomian domestik serta kondisi fiskal. “APBN bakal terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat dan momentum pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Pilihan Editor: Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme